Blogger news

You are reading eza's blog

2009

Sang Pemimpi

Aku baru pulang, setelah menonton film Sang Pemimpi, di pusat perbelanjaan di margonda, Depok. Mumpung masih segar di ingatan, review film sang pemimpi, karena kesannya masih hangat.
Aku, sejujurnya jarang sekali menonton film Indonesia, Bukan tak cinta bangsa atau produk buatan lokal. Tapi, dari kacamataku sebagai orang awam, terlebih lagi dengan uang pas-pasan maka acara nonton film diharuskan yang tidak buat aku menyesal merogoh kocek demi sebuah film. Singkatnya, nonton film, pastikan filmnya bagus.
Dari sedikit film indonesia yang ada, beberapa film berstatus "wajib tonton". dan film beruntung itu adalah Sang Pemimpi, yang diangkat dari novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata.
Film di awali dengan ikal dewasa, kemudian flash Back ke masa remaja, dan sedikit kembali ke masa kecil, untuk kemudian kembali ke masa remaja dan dewasa. Walaupun demikian dibanding Laskar Pelangi, film sang Pemimpi lebih mudah di cerna oleh mereka yang belum baca novelnya. Seperti Laskar Pelangi, sang Pemimpi mengobral alam Belitong yang cantik. panorama belitong benar-benar luar biasa, pantas saja pariwisata belitong meningkat tajam, pasca ada film Laskar Pelangi. aku suka pada deatil di film Sang Pemimpi, sampe kaleng bekas palmboom, yang dipakai laksmi untuk membuat cincau, benar-benar merk palmboom.
Ketika tahu Sang Pemimpi akan di filmkan, aku langsung terbayang beberapa adegan yang menurutku harus ada, yaitu ketika Arai, Ikal dan Jimbron di Hukum Pak Mustar gara-gara menonton film dewasa dengan cara memainkan kembali drama dalam film dewasa yang mereka lihat di bioskop. Kenapa menurutku adegan ini harus ada? karena ketika membaca bukunya, aku tertawa sampai sakit perut ketika membaca kisah hukuman yang kejam ini. Namun sayang adegan ini tidak ada di Film. sedikit kecewa, sedikit.
Satu adegan lainnya adalah saat ikal menyebutkan potongan lagu milik Rhoma Irama, "Masa Muda, masa yang berapi-api", di kelas Pak Balia. Walaupun ada di film tapi rasanya adegannya kurang greget. aku tidak menangkap ekspresi kelabakan ikal, karena memang ia tidak menyiapkan kata-kata mutiara.
Beberapa pemain aku acungkan jempol, terutama untuk pemeran Bang Zaitun. Peran Bang Zaitun dibawakan denagn sangat pas, noraknya dapat, kampungannya dapat, dan genitnya pun ok. menrutku, pemeran Bang Zaitun pantas diganjar Piala Citra tahun 2010 untuk kategori Pemeran pendukung Pria Terbaik.
Yang menarik lainya, justru datang dari Laksmi, pemerannya menurutku berhasil mengekspresikan kesedihan akibat trauma yang dialami Laksmi.
satu-satunya hal yang payah adahal make up Ibu Ikal yang diperankn Ryeke Dyah Pitaloka, ketika mendapat surat pemberitahuan ikal mendapat beasiswa dari Eropa. Make up yang digunakan membuat usia ibu Ikal terlihat sangat tua, singkatnya make upnya terlalu berlebihan.
Kesimpulannya, walaupun ada kekurangan, untuk film Indoensia ini sebuah kemajuan, tetapi kalau boleh jujur, semnagat berjuang Arai dan ikal dalam menggapai mimpi mereka memang lebih kena jika baca di buku, daripada di film.



Resolusi 2010 : None Coz Im lost

tahun baru...???

tidak seperti tahun baru yang lainnya, tahun baru kali ini terasa lemah, kosong dan bingung. Biasanya selalu ada resolusi di awal tahun, sekedar catatan yang di cetak tebal untuk mengingatkan diriku sendiri apa yang harus aku lakukan di tahun yang akan datang.
Tapi tahun ini ada yang lain. Optimistisku merosot ke titik terendah dalam hidupku. bukan saja pesimis, tetapi juga kehilangan kontrol. aku merasa semua rancangan masa depanku berantakan. aku terhamat disana-sini. kehilangan konsentrasi dan akhirnya menjadi pudar, buyar, dan suram.
Aku kehilangan energi. Energi untuk bercita-cita, untuk bermimpi, dan terlebih kehilangan energi utnuk meraih semua yang pernah aku inginkan.
Aku kehilangan pedoman, kehilangan kepercayaan diri, dan kehilangan semangat. Tutup tahun paling buruk dari segi mental yang pernah ku lalui.
Teapi sama seperti lost spirit cases lainnya, aku tidak akan biarkan ini berlarut-larut. aku harus memompa kembali spiritku, jangan sampai musnah.
Beberapa trip akhir tahun kali ini, aku harap aku bisa mersakan kembali energiku. Dapat tambahan energi dari alam. aku harap...

SAYA WANITA INDONESIA, WARNA KULIT SAYA SAWO MATANG

Cerita ini bermula dari celotehan teman-temanku (Pria), tentang definisi wanita cantik versi mereka yang asli 100% orang indonesia. Aneh dan ajaib ketika menurut mereka wanita cantik haruslah berkulit putih.

"Come on guys, we are Indonesian".

Hampir semua teman pria didiskusi ini berpendapat sama : Wanita cantik berarti berkulit putih.

Aku tidak habis pikir, aku merasa mereka atau kita lupa jati diri kita. Lupa bahwa kita dilahirkan didaerah tropis dengan adanya sinar matahari sepanjang tahun.
Menjadi sesuatu yang masuk akal kemudian, jika kami, para wanita Indonesia ini kemudian berlomba-lomba mencari ramuan bleaching warna kulit yang dikeluarkan oleh berbagai macam perusahaan dengan berbagai macam merk, mengeluarkan begitu banyak uang demi untuk mengubah warna kulit menjadi lebih putih. Atau berakhir di meja operasi plastik demi mendapat warna baru.
Sekedar mengingatkan kalian, manusia di Eropa sana belomba-lomba berjemur saat musim panas untuk mendapatkan warna kulit coklat. Bahwa bangasa lain iri pada warna kulit kita yang kecoklatan ini. Bahwa dari warna kulit inilah, orang asing mengenali asal usul kita.
Sedikit berharap di kemudian hari kita semua bisa menjadi lebih realistis dalam menentukan sesuatu yang sifatnya sudah kehendak Tuhan. Mungkin kedepan kita bisa membelanjakan uang kita untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, kita kan bangga pada jati diri kita yang sesungguhnya, kita akan mengatakan bahwa kita orang Indonesia, berkulit sawo matang, dan kita adalah wanita-wanita yang cantik.







Masjid Istiqlal : belasan Tahun lalu, Tahun lalu, dan Kemarin



Masjid Istiqlal : Dulu, bersama Ayah

Pertama kali ke Masjid Istiqlal ketika aku masih kecil, mungkin berumur 7 atau 8 tahun. Ketika itu ayahku mengajak aku ke sana karena kebetulan ada festival Istiqlal. Pameran buku kesukaan aku dan ayahku. Kami beli beberapa buah buku, kemudian pulang setelah menjelang sore. Ketika hendak akan keluar Masjid, aku melihat di sebuah stand buku buku tentang Tuanku Imam Bonjol. Sebagai anak yang dilahirkan dari orang tua yang asli Padang, maka nama Tuanku Imam Bonjol ini tidak asing bagiku. Aku meminta ayah membelikannya. Ayah melihat isi dompetnya, dan aku tahu kalau uang beliau habis. Aku merengek. ayah bernegosiasi dengan penjual buku, dan akhirnya penjual bersedia memberikan buku seharga uang yang Ayahku punya... aih... hingga belasan tahun berlalu aku masih ingat cerita ini, dan masih berdoa semoga penjual buku Di Festival Istiqlal itu mendapat balasan yang jauh lebih baik dari Allah.. Amin.

Masjid Istiqlal : Ramadhan Tahun Lalu Bersama Endah

Bosan dengan aktivitas di rumah ketika puasa yang biasa tidak jauh dari tidur, aku ajak Endah sahabatku sejak SD, untuk pergi ke Istiqlal kemudian ke Monas, jalan-jalan murah istilahku. Maka kami menuju ke sana pada suatu sabtu dimana kebetulan hari itu hari libur bekerja. Naik KRL dari stasiun Depok baru ke Stasiun Juanda dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Masjid Istiqlal.
Sayangnya, waktu itu pintu As-Salam tertutup, sehingga kami harus mencari pintu lain. setelah berkeliling, ternyata hari itu gerbang yang didekat lapangan Banteng yang di buka.
Kami menuju tempat wudhu, dan di sana ada seorang ibu yang menawarkan meminjamkan mukena, kebetulan aku tidak membawa mukena, maka aku terima tawaran ibu terebut. Seusai shalat ku kembalikan mukena tersebut, dan aku terkejut setelah si ibu itu mneagtakan " seikhlasnya neng...". Kaget sebentar, lalu aku berikan uang "seikhlasnya".
Selesai Shalat kami berkeliling masjid, menemukan bedug besar, yang lebarnya lebih dari rentangan kedua tanganku. ha...ha... benar-benar besar..
















Masjid Istiqlal : Kemarin


berawal dari undangan untuk menghadiri kopdar bagi pembaca majalah National Geographic Indonesia di Jalan Veteran 1. Dari Depok aku naik kereta dan turun di Stasiun Juanda. Jam baru menunjukkan pukul 13.00 masih ada waktu 1 jam lagi sebelum acara kopdar dimulai. Maka dari stasiun Juanda aku berjalan kaki ke Masjid. Untungnya gerbang Masjid yang berhadapan dengan Stasiun Juanda terbuka, sehingga saya tidak perlu keliling mencari gerbang . Sampai di pintu As-Salam Masjid Istiqlal saya tidak menemukan pintu masuk yang terbuka. dan suasana pun sepi... tidak ada orang. Dari jauh tampak segerombolan anak SMA yang tampak clingak-celinguk, saya langsung tahu bahwa mereka pun mencari pintu masuk. Benar saja, diantara merak ada yang bertanya
"Mbak, pintu masuknya di mana sih..??" kata salah seorang anak yang ternyata bernama Abi.
"Lah... Gue juga lagi nyari" Kataku lagi.
aihh... Mungkin karena merasa punya keperluan yang sama, aku, Abi beserta teman-temannya mencari pintu masuk bersama. Di tengah pencarian kami bertemu dengan dua turis bule wanita yang mengenakan Tank top juga tampak mencari sesuatu.
Melihat ada orang lain di masjid, salah satu anak mengusulkan untuk menanyakan ke turis tersebut. Tapi saya mencegah, merasa malu kita bertanya pintu masuk masjid pada turis bule.
Dan tingkah narsis ala anak SMA pun dimulai. mereka mulai melontarkan keinginan untuk berfoto ria bersama dua bule cantik itu. Tapi sayang, mereka malu-malu berbicara Bahasa Inggris, sehingga dua bule tadi mengabaikan mereka.
Kasihan melihat mereka, aku nekat mengajukan penawaran pada Abi CS untuk berbicara pada turis tersebut. Mereka mengiyakan.
Dengan nekat, walau bahasa Ingris berantakan aku bertanya pada turis bule itu kesediaan mereka untuk difoto bersama teman baruku. Awalnya mereka malu, tapi akhirnya mau juga. Setelah atur posisi maka aku selaku "Photographer" langsung membidikkan kamera sehingga muncul gambar dua turis Bule di kelilingi anak SMA dari salabenda Bogor dengan latar Masjid Istiqlal.
Baru aku tahu kemudian kalau dua turis nan cantik ini sedang mencari Tour Guide untuk keliling Istiqlal. Pengalaman diperlakukan dengan sangat baik oleh orang asing di negeri orang dan mengingat aku juga akan traveling ke luar negeri tahun depan dan sangat berharap akan diperlakukan denagn baik di sana, membuat aku bersedia membantu mereka mencarikan informasi. Jadilah aku, Abi Cs dan dua turis berjalan lagi mencari pintu masuk.
Ahhh... ternyata kami menemukan pintu masuk, senangnya...
Aku langsung menuju seorang satpam yang sedang berjaga, dan aku katakan kalau ada dua turis asing yang mencari tuor guide Istiqlal. Dari penjelasan pak satpam yang ramah itu, aku ketahui kalau turis itu sudah menemuinya dan disarankan untuk masuk melalui pintu Al-Falah karena disana ada Guide yang bisa meminjamkan baju yang lebih baik untuk masuk Masjid. Aihhh... rupanya turis itu kesulitan menemukan pintu yang dimaksud... Mungkin karena merasa kasihan atau tidak enak karena aku terus bersama dua wisman itu, akhirnya pak satpam bersedia mengantarkan dua turis itu.
"Ok... follow me!" kata pak satpam dengan bahasa Inggris yang sangat Baik menurutku.
Dan dua wanita dari lain benua itu mengikuti Pak satpam dari belakang, tidak lupa ia ucapkan "thank You" padaku. Aku membalasnya "You're Welcome".
Selesai urusan Wisman, kami segera ambil wudhu, tidak ada ibu yang menawarkan mukena sat itu, dan karen aku tidak juga membawa mukena, maka aku cari informasi apakah didalam masjid ada mukena, dan petugas itu bilang, kalau mukena disewa "seikhlasnya". Aaiihhhh... ku pikir kejadian tahun lalu, hanya kebetulan, tetapi mungkin kebijakan pengurus masjid Istiqlal demikian, tetapi kalau aku pribadi, merasa miis melihatnya, alat shalat di Masjid terbesar di Asia Tenggar berbandro "seikhlasnya". Kalian boleh katakan aku sinis, atau katakan "amal", tetapi perasaan miris sejak tahun lalu belum bisa aku hilangkan.
lupakan persoalan mukena, Kami pun Shalat Zuhur Di Masjid Istiqlal siang itu.
Usai Shalat Zuhur kami keluar majid bersama, hendak keluar masjid, kami melihat dua turis bule tadi sudah emngenakan baju jbah yang kami anggap mirip sarung menutup bagian tubuhnya yang dibalut tank top. Aku dan teman baruku dari Bogor tersenym melihat penampilan baru teman bule kami.
Siswa SMA itu bergegas menuju Monas sedangkan aku ke jalan Veteran, sebelum berpisah kami foto bersama dan bertukar no HP dan email. pengalaman seru diakhir akhir minggu...








KOMUNITAS MANUSIA LEBAY

Lebay, over acting a.k.a over respons….

Manusia tipe ini mudah dikenali dari perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari. Menanggapi sesuatu dengan persepsi sendiri sehingga terkesan berlebihan, enggan mengubah sudut pandang, sehingga orang lain melihatnya seperti sesuatu yang dibuat-buat dan tidak alami. Kalau orang lain menanggapi dengan datar, ia meledak-ledak sendiri, jika orang lain berusaha untuk positif, ia negative sendiri, jika orang lain tertawa dibuatnya ia merasa bersalah…. Aiihhhh.. ia berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
Termasuk golongan ini adalah para “miss peagent” yang kelimpungan jika kukunya patah. Wanita-wanita yang menghabiskan jutaan rupiah untuk permak wajah, atau orang yang over sensitive… selalu merasa dibicarakan orang, selalu difitnah orang, sepertinya ia makhluk berharga sehingga orang lain perlu menjatuhkan dia.
Para miss peagent ini, selalu membuat hariku membosankan karena yang mampu ia bicarakan hanya seputar jerawat, lipstick, film baru dan gandengan baru… bosannya. Lebih membosankan lagi jika berjalan bersama miss peagent ini, mereka merasa perlu membalas lirikan manusia lain, atau mengeluarkan cermin kecil untuk memastikan penampilan mereka baik-baik saja… ayolah nona, hidung kalian masih ditempatnya.
Orang-orang over sensitive cenderung menunjukkan kekurangan sendiri, bahkan cenderung mengeksposenya kehadapan publik. Kalimat andalan orang over sensitive adalah “ iya deh, aku tahu aku memang sudah…” atau “ya deh .. aku akui kalau aku……”. Orang seperti ini bukannya membuat aku bosan, tapi menguras tenagaku dengan pasti karena aku harus berpikir dan menemukan kata-kata yang tepat, dan memastikan ia tidak akan mengeluarkan kalimat “aku memang… bla..bla..” setelah mendengar celotehanku.
Sedangkan aku orang yang cenderung bebas, 90% cuek, dan bersopan santun ala kadarnya juga tidak pandai berbasa-basi. Maka bisa dibayangkan penderitaan ku jika bergabung bersama manusia lebay ini., atau tersiksanya para Lebay jika ada dikeliling aku.
Aku tahu, rupa manusia bermacam-macam, otaknya pun bermacam-macam.
Aku menulis ini bukan melarang kaum Lebay untuk berinteraksi denganku, Tapi harus aku ingatkan dari sekarang, bahwa kalian Para Lebay akan sulit berkomunikasi denganku.

Pulau Komodo : Berkaca pada "kegagalan" Candi Borobudur

Tanpa sengaja, trip ke Ujung Kulon kemarin memperkenalkan gue pada Weni. sarjana dibidang arsitektur yang sekarang sedang bekerja (semacam) rekonstruksi Candi Borobudur,terutama dari segi Landscape. Dari Beliau-lah gue tahu, kalau Label World Heritage Candi borobudur terancam dicabut karena peran sebagai warisan arkeologi tidak dikelola dengan baik. Borobudur, yang merupakan warisan arkeologi, dibiarkan begitu saja dirampas, diporak porandakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Gue pernah lihat berita tentang pencurian patung-patung Budha yang terjadi Di Candi buatan dinasti Syailendra itu tidak dapat diatasi, sehingga kini banyak patung budha tak berkepala. Pelestarian yang jauh dari semestinya sebagai world heritage.
Ancaman pencabutan status Borobudur sebagai World heritage berlanjut ke hilangnya Candi Borobudur dari daftar 7 keajaiban dunia.
Tidak masuk dalam 7 keajaibana dunia merupakan indikator bahwa Borobudur tidak lagi populer sebagai tempat wisata, karena 7 keajaiban dunia di rilis berdasarkan voting di berbagai belahan dunia.
Baru ngeh kalau Borobudur tidak lagi populer baru membuat pemerintah dan stake holder setempat kelimpungan, mencoba memperbaiki dan membenahi Candi Borobudur, dan mengupayakan pengembalian jati diri Borobudur sebagai warisan arkeologi.
Saat ini tengah dilakukan voting untuk penentuan 7 keajaiban dunia yang akan diumumkan ditahn 2011, walaupun untuk diumumkan ditahun 2011, namun voing sudah dilakukan dari skarang. Tak ayal, masyarakat indonesia terutama kaum muda yang sudah melek internet mencoba mempromosikan, memberitahukan dan mensosialisasikan untuk mem-vote pulau komodo sebagai satu-satunya calon dari Indonesia agar bisa bertengger di 7 keajaban dunia. Bahkan sebuah grup di Facebook dibuat khusus untuk mensosialisasikan acara ini untuk memenangkan pulau Komodo sebagai 7 keajaiban dunia, tidak tanggung-tanggung anggota grup ini mencapai 1 juta lebih, menunjukkan semangat bangsa indonesia untuk mempopulerkan kekayaan alamnya.
Sedang semangat-semangatnya mem-vote pulau komodo, datanglah berita-berita tidak sedap. Isu pemindahan komodo ke pulau bali yang katanya untuk pemurnian genetik, hingga isu akan dibukanya pertambangan di pulau ini sangat mengganggu. tidak terbayangkan jika benar pertambangan akan dibuka dipulau ini. Sama seperti jati diri Borobudur yang rusak sebagai warisan arkeologi, Pulau Komodo pun siap kehilangan label sebagai habitat binatang komodo.
Jika sudah ada pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya, jika kita pernah salah, haruskah kita mengulanginya??.
Kasus Borobudur semoga dapat membuat kita bercermin bahwa kita kerap tidak adil terhadap warisa budaya dan alam kita. Semoga dari Borobudur kita dapat berkaca pada kegagalan sebelumnya untuk kemudian tidak diulangi kembali.



Ujung Kulon : i have proved by my self

Trip paling aneh yang pernah gue jalananin


Kenapa gue bilang aneh??? karena sebagian besar peserta tripnya nggak gue kenal. dari 13 peserta lainnya hanya Yeli yang gue kenal luar dalem, sisanya...??? asli baru kenal di jalan.

depan kiri ke kanan : Joki, Yeli, Dedy, Israr
Belakang kiri ke kanan : Weni, Yuni, Nani, Eza, Nia, Oci, Ica, joko, Rio and Doddy

Kalau gak salah Israr yang pertama kali nawarin trip ini, setelah reset peserta berkali-kali, bongkar pasang, and banyak yang maju mundur, dari yang waiting list sampai jadi peserta utama, dari 15 orang lebih hingga menyisakan 14 orang, akhirnya tanggal 24 September 2009 kita ber-14 meluncur menuju Ujung Kulon.

I dont have anything

Sebagai backpacker pemula, w gak punya semua peralatan yang diperlukan bahkan sandal yang aman untuk trekking pun gak ada. setelah memperhatikan dan menimbang keuangan yang ada maka gue putuskan untuk meminjam beberapa peralatan yang belum bisa gue beli. Sekalian untuk berterima kasih sama mereka yang sudah denagn sukarela meminjamkan peralatannya,
---> Ayu : makasih untuk ranselnya
---> Yayan : thanks banget untuk sleeping bagnya, waktu tidur di dalamnya gue berpikir apa saja yang sudah terjadi didalam sleeping bag ini wkkakkaakk...
---> Ibu neneng : yang punya lab, yang brbaik hati meminjamkan kamera Lab sehingga gue gak mat gaya dijalan.

Pak Sopir oohhh Pak Sopir...

Perjalanan yang menguras energi, bukan saja energi peserta trip tetapi juga energi sopir mobil Elf yang kita sewa. elf penuh karena kami memang me-maksimalkan kapasitas elf, hingga bisa me-reduce biaya, ditambah denagn backpack kami yang berjulmah 14 dan peralatan camping lainnya, membuat elf penuh-sepenuh penuhnya. Kami berngkat tanggal 24 september jam 22.30 dan sampai di Taman Jaya pukul 07.00 keesokan paginya. Beratnya perjalanan menyebabkan tamatnya riwayat kesabaran pak sopir yang ditandai dengan ogahnya dia menjemput kami kembali pada hari minggu, sesuai perjanjian.
"Srar, bapak dah gak kuat" begitu kata si pak Sopir. suatu kalimat yang hingga trip selesai masih jadi bahan candaan kami. Untungnya, masih ada pak Komar si empunya kapal motor yang bersedia membantu kami mencarikan elf baru.


Bagang

Bapak Atin, guide kami di Ujung Kulon sedikit bercerita tentang cara masyarakat setempat menangkap ikan, cara yang gue juga baru tahu. yaitu dengan bagang, semacam rumah di tengah laut, yang dibagian bawahnya terdapat jala. Jika malam datang maka lampu di Bagng akan dinyalakan dan memancing ikan-ikan untuk datang, jika ingin menangkap cumi-cumi menurut Pak Atin lampu yang digunakan berwarna merah. Masih menurut cerita Pak Atin, Penggunaan Bagang diperkenalkan oleh orang Bugis yang banyak bermukim disekitar kawasan Sumur. Untuk membuat satu Bagang diperlukan dana sekitar 20 juta. dan dikerjakan selama satu minggu. Pak Atin sendiri kadang menerima pesanan membuat bagang yang dibantu oleh lima orang lainnya. Jika kita mau membeli ikan di bagang maka kita kan dapatkan tawaran yang menggiurkan, sayang kami tak sempat bertransaksi di Bagang...


Sungai Cigenter, Ajang menunjukkan nyali atau kebodohan...??

Cerita ini datang ketika kami ber-kano ria di sungai cigenter. Dua kano yang dipakai untuk membawa kami menyusuri sungai cigenter. perjalanan seharusnya berlangsung jam tetapi entah kami kami merasa 1.5 jam cukup untuk ber-kano ria. Maka kami pun memutuskan langsung kembali ke kapal untuk selanjutnya menuju Pulau Peucang. Sungai Cigenter lebih mirip rawa, airnya tenag berwarna hijau. Kami yang ada di kano terkejut ketika melihat aksi Bang Deddy terjun ke sungai. Sontak para Ranger yang ada panik dan meminta Bang Deddy untuk segera naik ke kano kembali. Demi menegaskan bahwa aksinya dilakukan secara sadar Bang deddy langsung berkata "gak apa-apa", tetapi itu tidak cukup menenangkan Ranger.
"Naik... naik... ada buayanya di sini" kata salah seorang ranger.
"hah... buaya??" Pekik bang Deddy.
Alhasil bang Deddy naik denagnselamat meski kemudian wajahnya sedikit pias karena penjelasan para ranger.
" Di sini buayanya bisa sampai 4 meter, jejak kakinya ada yang sampai 80 cm, saya saja sudah 15 tahun kerja disini tidak pernah berani terjun ke sungai"


Pulau Peucang, what a wonderfull island...!!!

Ketika kapal mulai mendekati Pulau Peucang, aroma keindahan Pulau ini sudah sangat terasa. Gradasi warna dari biru tua, biru muda kemudian ke warna putih yang berasal dari pasir dipinggiran pantai sudah membuat mata ini segar. airnya jernih, dan pasirnya lembut... surga bagi penduduk jakarta seperti gue yang tidak pernah lagi melihat keindahan alam yang sesungguhnya. maka pulau peucang adalah mutiara di barat pulau jawa...
Di pulau ini ada beberapa hewan yang berkeliaran, ada babi hutan, monyet (yang gue nggak ngerti jenisnya apa) dan kijang, yang semuanya bebas berkeliaran.

Cidaon... tidur diluar tenda lebih nikmat...!!

Lelah di hari pertama trip, kami menuju ke Cidaon untuk mendirikan tenda. Tempat yang kami pilih ternyata mirip hutan, sepi, sunyi dan banyak pohon-pohon besar. karena tenda hanya ada empat buah, maka diputuskan kami kaum hawa menempati satu tenda untuk empat orang sekaligus. awalnya aku mauk tenda bertiga denagn Yeli dan nani, dan rencanaya tenda itu disi juga oleh Oci, tenda penuh walaupun kami masih beriga, tiga jam gue berusaha untuk memejamkan mata agar besok bisa melanjutkan trip dengan fit, tetapi apa mau dikata, panas tak tertahankan... keringat bercucuran. gue lihat Yeli tidur dengan lelapnya, begitupun Nani. uuaargjjjhhh.... gue nggak tahan, gue ambil sleeping bag, celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan mencari tempat yang pas... gelas sleeping bag langsung berbaring... indahnya langit.bintang banyak bertaburan, tetapi terhalang oleh daun-daun yang lebat, sehingga bintang hanya tampak terselip diantaranya... sepuluh menit kemudian gue sudah lelap...

Karang Copong... Trekking 1 jam yang tidak disesali

Hari berikutnya menju karang Copong, karang besar yang dibagian tengahnya bolong ini menjadi sasaran kami beikutnya. trekking satu jam, melewati pohon kiara yang besar. terus melaju di jalan setapak, kadang-kadang muncul gerombolan kijang yang berlari ketakutan ketika mengetahui ada 15 oang manusia berjalan beriringan dan sisanya hanay terungkap di foto yang kami ambil disana... just take a look..!!

Tanjung Layar... what can i say then..??

Hari untuk malam terakhir kami di Taman Nasional Ujung Kulon, kami mendirikan tenda di Tanjung Layar. Dari Cibom kami trekking lagi selama satu jam menuju tanjung layar. Di perjalanan kami menjumpai beberapa hal menarik, sejumlah makam, mercusuar, baru dan yang lama dan bangunan bekas penjara, tida seperti waktu trekking ke Karang Copong dimana kami hanya membawa day pack kami, trekking ke Tanjung LAyar ini bisa dibilang lebih berat karena kami harus memanggul backpack kami,... berat..!!! tapi syukurlah, yang kami dapat di Tanjung Layar cukup membayar lelah kami.



DREAM IT PLAN IT DO IT

Seseorang berkomentar di salah satu grup facebook

Dream it... plan it... do it

Komentar yang menghentak, sekaligus menusuk hati. Betapa tidak... aku punya mimpi tetapi terlalu lambat dalam menggapainya. Siapa bilang banyak orang takut bermimpi... dari kecil kita sudah bermimpi... setiap saat kita menginginkan sesuatu itulah mimpi...

Jika semua orang punya mimpi, maka penakluk mimpi itulah yang jarang kita temukan. Jika semua orang bisa bermimpi maka hanya orang-orang sukses saja yang rela menebus mimpinya dengan keringat, keletihan mental, kegigihan untuk berjuang, dan tidak takut gagal.

Anggun C. sasmi dalam suatu wawancara pernah mengatakan jika kamu punya mimpi, bangun, mandi dan pergi mengejar mimpimu.
Hakikat dari Laskar Pelangi adalah bukan bermimpi, tetapi justru bagaimana mimpi itu harus diperjuangkan. Sejauh apa mimpimu sejauh itu pula kau harus berjalan, semustahil apapun mimpimu semustahil itu pula usahamu.

jangan pernah bermimpi jauh jika kau hanya mau berjalan sepelamparan batu.

Jika kita menelaah lebih lanjut akan hidup kita, atas semua mimpi yang kita ikrarkan, sudahkah kita melakukan sesuatu untuk mencapainya.

Seorang backpacker Indonesia hendak melakukan perjalanan keliling ASEAN bulan oktober mendatang. Dia melukiskan bahwa sejak beberapa bulan sebelumnya ia telah merencanakan untuk duet backpacker, halangan hingga pada akhirnya ia harus bertualang sendirian tidak menyurutkan niatnya. ia menuliskan rincian perjalanan, rute yang akan ditempuh, tempat ia akan tinggal di tempat-tempat yang telah ditetapkan, bahkan mempersiapkan latihan fisik dan mental dari sekarang.

Mimpi tidak akan terkabul dalam sekejap mata, tidak datang begitu saja... susuri jejak mimpi kita, dekati dia, jika mimpimu kelewat membumbung tinggi, jangan turunkan targetnya, tapi buatlah rencana, Andrea Hirata dan Anggun C sasmi butuh belasan tahun untuk menggapai mimpinya, begitupun
Jika tidak dari sekarang... kapan lagi???

I DID NOT LIKE SPORT, BUT I HAVE TO DO NOW

Olah raga...??? sumpah, itu adalah suatu hal yang gue nggak suka dari gue kecil. Lannganan jadi bahan ejekan karena lari paling lambat, karena nggak kuat pegang peluru di olahraga tolak peluru, nggak bisa nge-roll waktu senam lantai, dan nggak bisa-nggak bisa lainnya dalam hal olah raga. Jadilah olah raga adalah momok dalam kehidupan gue di sekolah. Bahkan dari SD sampai SMP dimana gue cemerlang di sekolah, olahraga selalu menjadi batu sandungan. Langganan kena her pelajaran olah raga, itulah gue...!!.
Bertahun-tahun anti olahraga, tetapi belakangan seperti muncul pencerahan, bagaimana tidak, hoby jalan-jalan yang semakin sulit dikendalikan, cita-cita keliling dunia hingga eropa mneyadarkan gue kalau itu semua butuh fisik yang kuat.
Pengalaman di Anyer yang langsung juntai hanya karena diterjang ombak kecil benar-benar membulatkan tekad gue untuk memperkuat diri. Nggak lucu kan, baru sampe eropa langsung roboh cuma karena ketiup angin... (Kalau sampai kejadian bisa nyesel seumur hidup gue).
Mengingat, menimbang segala angan dan mimpi itulah, sekarang gue memutuskan untuk mulai olahraga.
Mimpi memang bisa menggerakkan hati kita untuk bertindak nyata. Dulu, bertahun-tahun yang lalu, guru-guru olahraga gue sampe males marahin gue karena gue gak pernah olahraga. Coba kalau dulu guru gue ngingetin bahwa ada hubungan antara keliling dunia and olah raga pasti gue nggak perlu frustasi sama pelajaran satu ini.

THE NEKAT TRAVELLER : ADMIRE BADUY ETHNIC



Nekat traveller alias petualangan yang nekat adalah gambara tepat untuk perjalanan ke suku baduy di daerah Banten. Bermodalkan catatan perjalanan orang lain yang dipublish di blogspot, kami bertiag, aku, Yeli dan teman hospitality club bernam eva, nekat melaju ke daerah rangkas dengan kereta ekonomi jurusan merak hanya dengan membayar 4000 rupiah saja. Malang bagi Eva... yang ku pikir biasa bersusah payah demi sebuah petualangan, panas dan sesak karena saat itu adalah libur panjang untuk 17 agustusan. berkali-kali nona batak itu menghardik siapapun yang membuat perjalanan tidak nyaman itu menjadi lebih tidak nyaman.

Setelah tiga jam perjalanan, kami sampai di Stasiun Rangkas. Dandanan kami yang tidak biasa karena mengangkut backpack dipunggung, membuat sejumlah orang bertanya-tanya tujuan kami sebenarnya, termasuk seorang penjual minuman tempat kami membeli bekal air minum.
KAmi jelaskan tujuan kami dan alangkah kagetnya bapak oenjual minum ini mendenagr penjelasan kami.

"3 perempuan, mau ke suku baduy..???" decak si BApak terkagum-kagum.

kami bertiga cengengesan, sedikit bangga akan kenekatan kami.

kami berlalu menuju angkutan umum yang akan membawa kami ke terminal Aweh.

Di terminal Aweh ini, kami bertemu dua orang pria yang juga menanyakan tujuan kami, sedikit terperangah ia menanggapai keinginan kami. Sampai akhirnya slaah-satu dari mereka meberikan wejangan-wejangan dan beberapa nasihat serta resiko jalan-jalan ke Suku Baduy.
Ku amati wajah Yeli, pucat, terbengong-bengong, dan kurasa ia baru menyadari kenekatannya.

"Mumpung masih di kota, ayo pulang kalau mau pulang" kataku.

Yeli hanya tersenyum sipu... sudah terlanjur. terus aja. Ia mulai tersenyum.
Aku pun hanay bisa tertawa. menertawakan watak kami yang agak nekat.

"Lanjut Mang...!!" teriakku ke pak sopir.

Dan hari itu, 2 jam lagi kami habiskan di angkot L300, demi menyaksikan sendiri kesederhanaan suku baduy jauh dipelosok Banten.

ESTIMASI BIAYA

Urusan Travelling selalu mentok di biaya. Maka ketika akan melakukan perjalanan, maka bayangan rupiah yang harus dikeluarkan haruslah jelas. Dari catatan blogger yang kami jadikan pedoman, maka estimasi biaya sekitar 160.000 rupiah. Berdasarkan pengalaman yang lalu, kami tidak pernah mendapatkan cost yang nyaris sama dengan estimasi mula. Biasanya cost yang kami keluarkan lebih mahal lagi. Tetapi untuk perjalanan kali ini, yang juga berkat blogger yang telah meng-record tripnya sedemikian rupa sehingga estimasi biaya nyaris tepat dengan pengeluaran actual.

Kereta : Kota-rangkas : 4000
Angkot : stasiun rangkas-terminal aweh : 3000
Angkot : Terminal aweh - ciboleger : 20000
Ojek : Ciboleger - Gerbang perkampungan Baduy : 20000
Penginapan : 35000
Makan n minum dll : 30000
Total : 159000


BALADA KAMERA BARU

Ini sepenggal usaha untuk mensyukuri apa yang ada...

Dari hoby travelling, lanjut ke hobi motret, karena setelah disadari setiap menapaki suatu daerah yang baru, yang tidak lazim, yang menarik maka kita ingin mengabadikannya, dari sekedar mengabadikannya, sampai ingin menjadikannya sebagai kenangan sempurna. Dari mulanyahanya jeprat-jepret sampai ingin yang terbaik.

Inilah manusia... tidak pernah sampai ke satisfied line. selalu merasa kurang.

Keinginan yang terus berkembang inilah, yang kemudian menimbulkan cita-cita memiliki kamera baru.

Setelah hunting kesana-kemari dan pikir panjang maka kamera yang dibandrol 3 juta pun jadi sasaran. Walaupun uang tidak ada di tangan, tetapi kamera tetap harus di bawa pulang untuk trip berikutnya. Mencuri..?? ya tidak. Solusi dari berbagai consumer finance sebenarnya bisa membantu. cukup memberikan KTP dan slip gaji, maka kamera bisa berpindah tangan.
waktu kritis adalah saat terakhir memutuskan, bayangan sejumlah cicilan yang harus dibayar beberapa bulan ke depan, ancaman tidka bisa travelling karena ada pengeluaran tambahan, bahkan bayangan menakutkan kalau kamera 3 juta itu hanya bisa di bawa tidur (karena plan travelling bisa dibatalkan demi cicilan).
Saat terakhir itulah ditetapkan, debt no... travelling yes... maka kupandangi lagi kamera rendah mutu yang selama ini selalu mengabadikan perjalananku, kamera yang beberapa menit lalu hendak ku lego semurah-murahnya... kamera yang selama ku pandang sebelah mata.

Kamera baru... kamera baru... pada akhirnya kamera baru hanya menjadi penggalan cerita untuk dipublikasikan. hanya sebuah balada... keinginan yang entah kapan bisa ku dapat.

INDIA

India?

Sejak kenal hospitalityclub.org aku sering menjelajahi personalitas dari setiap anggota club. Maklum, club ini terdiri dari anggota yang berasal dari berbagai negara. Menyenangkan, karena kami berkumpul karena satu misi, travelling sampai ke ujung-ujung dunia. Bukan cuma itu, kami juga disatukan olleh satu kendala yang sama, Uang. Maka club ini seperti merupakan kesepakatan para anggota untuk menjadikan masalah uang sebagai "Tidak masalah".

Balik lagi ke para anggota club. Aku sering chating dengan anggota dari negara lain, tetapi tidak ada yang se-konsisten anggota dari neger Taj Mahal ini. dari sekian banyak chating yang pernah terjadi aku merasa relatif lebih mudah menjalin persahabatan dengan orang dari India. Awanya aku bingung juga, kenapa bisa seperti itu?. Maka aku mulai menganalisis penyebabnya.

Begitu aku tahu asal orang yang aku ajak chating berasal dar India, aku tahu persis kemana arah percakapan akan dimulai. Paling mudah adalah mengatakan pada mereka bahwa di Indonesia banyak diputar film-film india. Atau katakan pada mereka kalau Shah Rukh Khan sangat terkenal di sini, maka mereka akan sangat antusias dan senang untuk melanjutkan pembicaraan. Bukan terjadi sekali atau dua kali, tetapi cukup untuk dikatakan semua teman chating dari India berperilaku sama. Entah karena merasa bangga atau merasa memilki idola yang sama, mereka relatif sering mempertahankan persahabatan. Ketika aku katakan pada mereka, kalau aku tertarik pada budaya mereka, mereka langsung mengirimkan undanagn untuk berkunjung ke India. Bahkan seorang diantaranya khusus mengundangku datang untuk melihat perayaan Holi di sana.

Berbeda dengan orang eropa misalnya, yang lebih kompleks, orang india menurut versiku, cenderung lebih homogen, maksudnya, mereka hampir memiliki sifat yang sama, dan sekali lagi menurut versiku, mirip dengan pemeran utama film india, sok romantis, sok asik dan sok pahlawan, tetapi tetap bersahabat.

Karena persahbatan dari orang-orang India inilah, aku merasa traveling Ke India lebih mudah diwujudkan, selain itu sebagai negara asia yang belum maju-maju amat seperti Jepang, aku pikir biaya hidup di sana akan lebih terjangkau, ditambah lagi teman disana lumayan banyak. Maka travelling ke India menjadi lebih mungkin untuk dilaksankan dalam waktu dekat.

hmmm.... India



SHOCK CULTURE : GO TO THAILAND


Walaupun Training Ke thailand bukan merupakan konsep keliling dunia yang aku harapkan, tetapi harus ku akui, pengalaman menarik banyak ku dapatkan...



Ketika akan berangkat menuju Thailand, aku sedikit nervous dengan kemampuan bahasa inggrisku. Walaupun setiap nilai untuk pelajaran satu ini aku selalu dapat nilai memuaskan, tapi aku belum pernah menerapkannya langsung, latihan conversation yang aku lakukan hanya sebatas bicara sedikit dengan beberapa teman chating yang kebetulan dari luar. Maka, ke Luar negeri untuk pertama kali sangat membuat grogi.

Aku membayangkan bagaimana jika aku tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, terlebih ini urusan kantor, ada target yang harus aku capai dalam perjalanan ini, maka pundakku terhimpit beban berat.

Kebetulan aku menngunakan maskapai asing, yaitu singapore Airlines. Perjalanan di mulai dari bandara Soekarno Hatta kemudian transit di Changi International airport di Singapura kemudian dilanjutkan ke Suvarnabhumi Airport di Bangkok.

Di ruang tunggu bandara Soekarno Hatta, aku masih mereka-reka, kalimat yang akan aku gunakan untuk menanyakan gate penerbangan ku selanjutnya di Singapura nanti, karena waktu transit hanya sebentar, maka aku pastikan tidak boleh nyasar, dan untuk memastikannya mungkin aku perlu bertanya.

Tepat 15 menit sebelum jadwal keberangkatan, para penumpang dipersilahkan masuk ke dalam pesawat. aku perhatikan kembali nomor tempat dudukku, dan di pintu pesawat seorang pramugari dan pramugara tersenyum ramah pada setiap penumpang, sambil memeriksa boarding pass mereka. Semakin lama aku semakin mendekati kedua awak pesawat itu.

"Sorry mam, can we look your boarding pass?" tanya si Pramugari.

Aku gelagapan...

Hey... ini masih di jakarta...

Tidak perlu bicara dalam bahasa inggris...

Aku perlihatkan boarding pass-ku ke pramugari tersebut.

Kemudian ia mengucapkan lagi beberapa kalimat, aku hanya mengartikannya berdasarkan insting saja. Ia hendak memberitahu letak kursiku, karena memang pesawat yang aku tumpangi berbadan lebar sehingga terdapat tiga kolom kursi dengan susunan 3-2-3, aku mengikuti petunjuk si pramugari. Kemudian duduk dikursiku. Tepat dekat jendela.

uhhh.... ternyata tiak perlu menunggu sampai singapura atau bangkok untuk menerapkan pelajaran bahasa inggris, bahkan pesawat masih di Jakarta aku harus mulai terbiasa.

Fork not Pork

Ini pengalaman ketika makan malam dengan Miyachi San yang orang jepang di Thailand. Menu malam itu adalah seafood. cumi, udang, kepiting denagn segala macam jenis olahan yang aku gak ngerti apa namanya.
Lalu kuperhatikan hanya ada sumpit di atas meja. Walaupun biasa makan mie ayam pakai sumpit, tetapi jelas aku gak pede pakai alat makan ala jepang itu untuk makan kepiting. daripada nanti buat malu karena kepiting loncat dari sumpitnya, maka aku dengan penuh percaya diri meminta sendok and garpu ke pelayan resto. sialnya si pelayan tidak terlalu paham bahsa inggris dan Miyachi San yang mengundangku makan lupa bahasa Thai-nya garpu and sendok.

"Pork...??? muslim...??? u want pork...???" kata si pelayan yang keheranan sambil menatap kerudungku.

"not Pork... Fork...!!! Fork!!! ffffork...!!" kataku menegaskan pesananku.

akhirnya Miyachi san inisiatif menggunakan bahasa isyarat, untuk berkomunikasi denagn si pelayan. dan kemudian jreenggg.... datanglah garpu pesananku...

I ask Fork, not Pork

We have our Own Pronounciation

Derita kita yang bahasa inggris pas-pasan tetapi sudah nyasar ke negeri orang adalah kepercayaan diri. sering kita merasa khawatir lafal english yang kita ucapkan tidak benar. lima hari di Thailand cukup banyak memberikan aku pandangan baru.

Di airport Suvarnabhumi aku dijemput Mr kitty (yang asli mirip hello kity) yang orang Thai Tulen.lafal-lafal englishnya cukup membuat aku berkerut-kerut. selama perjalanan ia menyebutkan nama merk instrument analysis "berginlemeh". penasaran denagn merk yang ia sebutkan. Ternyata setelah aku lihat alat tersebut langsung aku baru tahu kalau yang dimaksud beliau adalah "perkin Elemer".
Setelah bertemu dengan Miyachi San, lebih runyam lagi. Beberapa bosku orang jepang, dan aku sudah tahu bagaimana pronounciation mereka. Orang jepang (terutama kaum konservatif, alias yang kemampuan englishnya pas-pasan) kesulitan dalam mengucapakan huruf "L", maka ketika Miyachi San mengucapkan "Turn Right" aku harus benar-benar mengerti keadaan sehingga aku tahu kalau maksud sebenrnya adalah "Turn Light".
Setelah bertemu nona-nona thailand aku lebih terkesima lagi mendengar mereka mengucapkan "epen" untuk kata "apple"

Next... aku nggak akan khawatir lagi dengan pronounciation atau sejenisnya... karena semua bangsa yang tidak menggunakan english sebagai bahasa nasionalnya, selalu terpengaruh oleh bahasa ibunya... maka kita, orang thai atau japanese memiliki our own pronounciation

You dont need dictionary

Masih seputar ketidak percaya dirian akan bahsa inggris. Aku mempersiapkan sebuah kamus saku utnuk menemaniku selama diperjalanan. untuk membantu memahami jika ada kata yang aku tidak mengerti. maka kamus mungil ini selalu kusimpan dalam tasku.
Kamus boleh saja dibawa... tapi kenyataannya kita tidak membutuhkannya. Tidak sempat tentu saja, repot sudah pasti... yang jelas kamus saku pada umumnya hanya mencantumkan kata-kata yang sudah umum.
Jika kita kesulita dalam memahai pembicaraan orang lain, daripada ribet buka kamus, lebih baik meminta dia mengulang perkataanya dengan kalimat yang lebih mudah.

Alcohol... makes our english better

hubungan antara alkohol dan bahasa inggris pertama kali aku dapat di buku "Honeymoon With My Brother" karya Franz Wisner. Diceritakan Franz berkencan dengan wanita rusia yang kemampuan bahsa inggrisnya hanya 20 kata saja, tidak lebih. Setelah berbincang-bincang dan menghabiskan beberapa gelas vodka, si rusia mulai mabuk, dan mulutnya mulai melantur tidak karuan, mengeluarkan kalimat-kalimat dalam bahasa inggris lebih lancar dari pada dalam keadaan sadar.
Hal serupa kutemui di Thailand. Adalah Mr Anand tokoh utamanya. awalnya beliau malu berbicara dalam bahasa inggris, dan sesekali ia megingatkan kami untuk berbicara perlahan-lahan karena ia merasa bahasa inggrisnya buruk. Setelah menenggak beberapa gelas Bir, ia bukan saja tidak lagi meminta kami bicara perlahan, tetapi sudah mahir berpidato dalam bahasa inggris. Aku yang teringat kisah Franz Wisner denan Gadis Rusianya, jadi geli sendiri melihat tingkah polah Mr Anand.


Hey... I am A Man

Ini cerita dari Seorang pria berkebangsaan Jepang lainnya (aku lupa namanya). Begitu menginjakkan kaki di Thailand, Beliau belajar dengan cepat. Setelah memperhatikan beberapa orang di airport, ia berkeyakinan bahwa ketika menyapa, orang Thailand menyebut "Sa wa dee ka". pelajaran pertama.

Merasa yakin, ia menyapa beberapa orang Thailand " Sa Wa Dee Ka"

Beberapa orang Thai yang disapanya makah ketawa cekikikan. Ada apa? Ia jelas tidak salah. Ia mendengar sendiri, beberapa gadis di Airport Suvarna bhumi menyapa temannya demikian.

Maka ketika ia temui seorang temannya yang kebetulan sudah lama di Thailand, ia menyapa...

"Sa Wa dee Ka"

Si Teman ini terhenyak.

"Jadi sekarang anda seorang wanita?" Ucap kawannya.

Si pendatang baru, mengernyitkan dahi, tanda tidak menegrti.

" Akhiran Ka untuk wanita, Pria Ucapkan Kap"

" Jadi Katakan sa wa dee kap, jika anda pria"

Jelas sudah apa yang menimpanya seharian ini. Kejantanannya di ragukan beberapa orang Thai hanya karena ia mengucapkan Sa Wa Dee Ka

"oopsss... jelas saya seorang pria... Seorang pria yang terlalu cepat belajar..."







MY PASSPORT

Kalau sudah terpatri di hati, biarpun seakan kita tidak sanggup... tetap saja ada jalannya...

Banyak orang cerita tentang rumitnya birokrasi di Indonesia. Bertele-tele, tidak praktis apa lagi efektif. Walaupun rencana keliling dunia masih jauh dari kenyataan, tetapi cerita tentang birokrasi itu cukup buat aku senewen.

Dan rupanya Allah tahu betul sebeapa besar obsesiku keliling dunia, maka hal sepele semacam membuat passport dipermudah oleh-Nya.

Di pertengahan bulan Mei 209 ini, tanpa diduga, bos-ku bilang kalau aku akan berangkat training ke Thailand sekitar bulan Juni. Aku tidak pikir panjang, spontan aku menyatakan kesiapanku, dan saat itu juga yang terbayang adalah passport, karena urusan passport ini cukup pelik di benakku.

Sebagai "Tugas Negara", maka selayaknya urusan passport ini juga di "Urus Negara". Belum genap satu minggu aku membaca cerita tentang rumitnya membuat passport di Indonesia. Esoknya perintah untuk membuat passport langsung turun dari si Boss.

"Za, besok bawa akte kelahiran, KTP, Ijazah, dan kartu keluarga untuk membuat Passport"

Maka segala macam dokumen yang diminta, ku serahkan ke pihak yang berwenang. Seminggu kemudian, aku diajak oleh staff kantor ke Kantor imigrasi jakarta Timur, untuk proses wawancara, dan pengambilan foto. Si Staff kantor ini sempat memberi wejangan untuk proses wawancara agar lancar.

Siang itu, kantor imigrasi penuh sesak. Sebagian besar adalah wanita berseragam hitam putih. Yang muncul dibenakku saat itu adalah antrian akan memakan waktu berjam-jam. Maka demi passport, ku putuskan bersabar. Aku duduk manis di kursi yang tersisa.

satu menit...
dua menit...
lima menit...
sepuluh menit...

tiba tiba seseorang memanggil namaku "Eza Faizah"
aku gelagapan... segera mencari orang yang memanggil namaku.
kemudian langsung menuju ruang pengambilan photo... (saking penuhnya, sampai tidak sempat bergaya, atau setidaknya membenahi kerudung yang berantakan)
kemudian ambil sidik jari...
dan pindah ke ruangan lain dimana seorang ibu muda sudah menunggu. Ia memainkan komputer di hadapannya, sedangkan aku bersiap untuk wawancara dan mengingat petuah Si staff kantorku.

"Rencananya mau kemana, mbak?" tanya si Ibu Muda.
"Ke Thailand bu" Jawabku
30 detik kemudian
"ya.. sudah"
"Sudah?"tanyaku tak percaya.
"Ya... sudah.. tinggal tunggu passportnya"
Terakhir si Ibu muda ini memintaku menandatangani beberapa berkas.
dan yup...
tidak sampai dua puluh menit, urusanku di kator imigrasi selesai...sementara banyak orang yang datang lebih dulu masih duduk gelisah di kursinya, karena menunggu lama.
"So fast" pikirku.

Entah bagimana bisa secepat itu prosesnya. Entah bagaimana pihak kantorku membuatnya begitu cepat. aku tidak tahu. yang jelas, urusan ku membuat passport selesai sudah. tanpa biaya dari kantong sendiri, tanpa bertele-tele, praktis dan super efisien.

Dua hari kemudian passport sudah ditanganku... hmmm PASSPORT


WHY DO I CALL IT "KELILING DUNIA"???

Belasan tahun lalu, di rumah sepupuku, aku menemukan buku yang kelak menjadi sumber informasi pertama mengenai The Amazing Places yang berserakan di muka bumi. Aku ingat betul buku itu, karena buku itu diiklankan oleh salah satu penyanyi cilik favoritku waktu kecil, yaitu si Boneka Susan dan kak Ria Enes, judulnya tidak lain tidak bukan adalah Mengapa Begini Mengapa Begitu versi Tempat Terkenal Di Dunia.

Buku inilah yang pantas bertanggung jawab atas keinginanku untuk berkeliling dunia hingga sekarang.

Keinginan tidak relevan dengan kenyataan ini, sebenarnya tidak langsung timbul setelah membaca buku tersebut, faktor usia juga karena waktu itu aku masih di usia 7 atau delapan tahunan, membuatku tidak terpikir bisa melancong ke tempat-tempat terkenal tersebut, karena sepertinya tempat tersebut menmyerupai negeri yang asing atau "Some place in some where". Maka kala itu, membacanya cukup memberikan kepuasan untukku.

Aku yang hidup tidak berkelebihan, membuatku harus berhati-hati meminta sesuatu pada orang tuaku, sampai keinginan memiliki jaket bertopi waktu kecil ku pendam hingga akhirnya di tahun 2003, tepat awal bulan September, aku mengumbar obsesi akan jaket bertopi ini habis-habisan. Pulang kerja terima gaji pertama yang cuma 400 ribu rupiah, aku langsung meluncur ke pusat perbelanjaan, mencari benda bernama jaket bertopi itu.

Inilah awal munculnya kembali obsesi melihat tempat terkenal di dunia, yup... perihal cita-cita memiliki jaket bertopi ini begitu memberikan pelajaran berharga. Bahwa segala sesuatunya mungkin belum bisa kita dapat sekarang, tetapi waktu terus berjalan, menghimpun kekuatan kita untuk mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Membuatku berpikir mungkin saat ini aku belum bisa keliling dunia, but who's know???

Obsesi semakin menjadi-jadi ketika di tahun 2004 aku bekerja di kawasan Pluit, Kalian boleh bilang aku bodoh, tetapi kenyataanya aku terkejut ketika baru mengetahui bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa ternyata terletak di kawasan Jakarta Kota, karena sebelumnya ku pikir Sunda Kelapa jauh di seberang pulau. Kejadian Sunda Kelapa ini juga memberikan pelajaran berharga, betapa ternyata segala sesuatunya tergantung apa yang ada di pikiran kita, dan apa yang ada di pikiran kita tergantung pada seberapa besar ilmu pengetahuan kita. Begitu juga dengan keliling dunia, aku hanya belum paham bagaimana carnya? aku hanya belum mendapat ilmunya.
Kemudian segalanya mulai sebatas cita-cita, entah kapan dan bagaimana mewujudkannya aku belum tahu.

Malam, ketika menonton Metro TV, saat itu tengah tayang "Kick Andy" dengan episode Laskar Pelangi. Aku tidak ingin membahas buku ini, yang jelas dari tetralogi Laskar Pelangi inilah khususnya di buku Edensor, aku mulai mengenal istilah Backpacker. Istilah bagi orang yang bepergian hanya membawa ransel dengan modal tipis.

Perasaan bahwa semua mimpi ini mungkin, sudah tidak terbendung lagi, ketika aku memiliki Buku Enam Bulan Keliling Eropa Hanya 1000 Dollar Lewat Jalur Pertemanan, hal penting yang aku dapat dari buku ini adalah tentang situs bagi traveller di seluruh dunia www.hospitalityclub.org , dimana sesama anggotanya (yang tersebar diseluruh dunia) saling memberi tumpangan kepada anggota lain, yang memungkinkan dapat menekan biaya perjalanan lebih rendah lagi, itulah sebabnya si Penulis hanya menghabiskan 1000 dollar untuk perjalanannya ke Eropa selama enam bulan.

Keyakinan sudah tertanam, caranya mulai terlihat, target mulai dipasang yaitu disekitar 2010 mulai go around the world, dan meraihnya semakin menyenangkan ketika aku bertemu teman satu visi dan misi... yes..please wellcome Miss Yeli..!!! temen kosan kakaku tersayang ini rupanya punya cita-cita yang sama, jadilah setiap bertemu acaranya tidak jauh-jauh dari menghayal tentang ke Eropa...tapi kita juga berusaha, dan kalau ada temen senasib seperjuangan maka segalanya jadi lebih menyenangkan...

Menjelang Tahap kahir kuliahku... untuk kemudian benar-benar fokus untuk misi keliling dunia, itulah sebabnya aku ingin punya situs sendiri tentang keliling dunia... dan itulah sebabnya I call it eza-kelilng dunia...

Postingan Lebih Baru