Blogger news

You are reading eza's blog

Juli 2009

INDIA

India?

Sejak kenal hospitalityclub.org aku sering menjelajahi personalitas dari setiap anggota club. Maklum, club ini terdiri dari anggota yang berasal dari berbagai negara. Menyenangkan, karena kami berkumpul karena satu misi, travelling sampai ke ujung-ujung dunia. Bukan cuma itu, kami juga disatukan olleh satu kendala yang sama, Uang. Maka club ini seperti merupakan kesepakatan para anggota untuk menjadikan masalah uang sebagai "Tidak masalah".

Balik lagi ke para anggota club. Aku sering chating dengan anggota dari negara lain, tetapi tidak ada yang se-konsisten anggota dari neger Taj Mahal ini. dari sekian banyak chating yang pernah terjadi aku merasa relatif lebih mudah menjalin persahabatan dengan orang dari India. Awanya aku bingung juga, kenapa bisa seperti itu?. Maka aku mulai menganalisis penyebabnya.

Begitu aku tahu asal orang yang aku ajak chating berasal dar India, aku tahu persis kemana arah percakapan akan dimulai. Paling mudah adalah mengatakan pada mereka bahwa di Indonesia banyak diputar film-film india. Atau katakan pada mereka kalau Shah Rukh Khan sangat terkenal di sini, maka mereka akan sangat antusias dan senang untuk melanjutkan pembicaraan. Bukan terjadi sekali atau dua kali, tetapi cukup untuk dikatakan semua teman chating dari India berperilaku sama. Entah karena merasa bangga atau merasa memilki idola yang sama, mereka relatif sering mempertahankan persahabatan. Ketika aku katakan pada mereka, kalau aku tertarik pada budaya mereka, mereka langsung mengirimkan undanagn untuk berkunjung ke India. Bahkan seorang diantaranya khusus mengundangku datang untuk melihat perayaan Holi di sana.

Berbeda dengan orang eropa misalnya, yang lebih kompleks, orang india menurut versiku, cenderung lebih homogen, maksudnya, mereka hampir memiliki sifat yang sama, dan sekali lagi menurut versiku, mirip dengan pemeran utama film india, sok romantis, sok asik dan sok pahlawan, tetapi tetap bersahabat.

Karena persahbatan dari orang-orang India inilah, aku merasa traveling Ke India lebih mudah diwujudkan, selain itu sebagai negara asia yang belum maju-maju amat seperti Jepang, aku pikir biaya hidup di sana akan lebih terjangkau, ditambah lagi teman disana lumayan banyak. Maka travelling ke India menjadi lebih mungkin untuk dilaksankan dalam waktu dekat.

hmmm.... India



SHOCK CULTURE : GO TO THAILAND


Walaupun Training Ke thailand bukan merupakan konsep keliling dunia yang aku harapkan, tetapi harus ku akui, pengalaman menarik banyak ku dapatkan...



Ketika akan berangkat menuju Thailand, aku sedikit nervous dengan kemampuan bahasa inggrisku. Walaupun setiap nilai untuk pelajaran satu ini aku selalu dapat nilai memuaskan, tapi aku belum pernah menerapkannya langsung, latihan conversation yang aku lakukan hanya sebatas bicara sedikit dengan beberapa teman chating yang kebetulan dari luar. Maka, ke Luar negeri untuk pertama kali sangat membuat grogi.

Aku membayangkan bagaimana jika aku tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, terlebih ini urusan kantor, ada target yang harus aku capai dalam perjalanan ini, maka pundakku terhimpit beban berat.

Kebetulan aku menngunakan maskapai asing, yaitu singapore Airlines. Perjalanan di mulai dari bandara Soekarno Hatta kemudian transit di Changi International airport di Singapura kemudian dilanjutkan ke Suvarnabhumi Airport di Bangkok.

Di ruang tunggu bandara Soekarno Hatta, aku masih mereka-reka, kalimat yang akan aku gunakan untuk menanyakan gate penerbangan ku selanjutnya di Singapura nanti, karena waktu transit hanya sebentar, maka aku pastikan tidak boleh nyasar, dan untuk memastikannya mungkin aku perlu bertanya.

Tepat 15 menit sebelum jadwal keberangkatan, para penumpang dipersilahkan masuk ke dalam pesawat. aku perhatikan kembali nomor tempat dudukku, dan di pintu pesawat seorang pramugari dan pramugara tersenyum ramah pada setiap penumpang, sambil memeriksa boarding pass mereka. Semakin lama aku semakin mendekati kedua awak pesawat itu.

"Sorry mam, can we look your boarding pass?" tanya si Pramugari.

Aku gelagapan...

Hey... ini masih di jakarta...

Tidak perlu bicara dalam bahasa inggris...

Aku perlihatkan boarding pass-ku ke pramugari tersebut.

Kemudian ia mengucapkan lagi beberapa kalimat, aku hanya mengartikannya berdasarkan insting saja. Ia hendak memberitahu letak kursiku, karena memang pesawat yang aku tumpangi berbadan lebar sehingga terdapat tiga kolom kursi dengan susunan 3-2-3, aku mengikuti petunjuk si pramugari. Kemudian duduk dikursiku. Tepat dekat jendela.

uhhh.... ternyata tiak perlu menunggu sampai singapura atau bangkok untuk menerapkan pelajaran bahasa inggris, bahkan pesawat masih di Jakarta aku harus mulai terbiasa.

Fork not Pork

Ini pengalaman ketika makan malam dengan Miyachi San yang orang jepang di Thailand. Menu malam itu adalah seafood. cumi, udang, kepiting denagn segala macam jenis olahan yang aku gak ngerti apa namanya.
Lalu kuperhatikan hanya ada sumpit di atas meja. Walaupun biasa makan mie ayam pakai sumpit, tetapi jelas aku gak pede pakai alat makan ala jepang itu untuk makan kepiting. daripada nanti buat malu karena kepiting loncat dari sumpitnya, maka aku dengan penuh percaya diri meminta sendok and garpu ke pelayan resto. sialnya si pelayan tidak terlalu paham bahsa inggris dan Miyachi San yang mengundangku makan lupa bahasa Thai-nya garpu and sendok.

"Pork...??? muslim...??? u want pork...???" kata si pelayan yang keheranan sambil menatap kerudungku.

"not Pork... Fork...!!! Fork!!! ffffork...!!" kataku menegaskan pesananku.

akhirnya Miyachi san inisiatif menggunakan bahasa isyarat, untuk berkomunikasi denagn si pelayan. dan kemudian jreenggg.... datanglah garpu pesananku...

I ask Fork, not Pork

We have our Own Pronounciation

Derita kita yang bahasa inggris pas-pasan tetapi sudah nyasar ke negeri orang adalah kepercayaan diri. sering kita merasa khawatir lafal english yang kita ucapkan tidak benar. lima hari di Thailand cukup banyak memberikan aku pandangan baru.

Di airport Suvarnabhumi aku dijemput Mr kitty (yang asli mirip hello kity) yang orang Thai Tulen.lafal-lafal englishnya cukup membuat aku berkerut-kerut. selama perjalanan ia menyebutkan nama merk instrument analysis "berginlemeh". penasaran denagn merk yang ia sebutkan. Ternyata setelah aku lihat alat tersebut langsung aku baru tahu kalau yang dimaksud beliau adalah "perkin Elemer".
Setelah bertemu dengan Miyachi San, lebih runyam lagi. Beberapa bosku orang jepang, dan aku sudah tahu bagaimana pronounciation mereka. Orang jepang (terutama kaum konservatif, alias yang kemampuan englishnya pas-pasan) kesulitan dalam mengucapakan huruf "L", maka ketika Miyachi San mengucapkan "Turn Right" aku harus benar-benar mengerti keadaan sehingga aku tahu kalau maksud sebenrnya adalah "Turn Light".
Setelah bertemu nona-nona thailand aku lebih terkesima lagi mendengar mereka mengucapkan "epen" untuk kata "apple"

Next... aku nggak akan khawatir lagi dengan pronounciation atau sejenisnya... karena semua bangsa yang tidak menggunakan english sebagai bahasa nasionalnya, selalu terpengaruh oleh bahasa ibunya... maka kita, orang thai atau japanese memiliki our own pronounciation

You dont need dictionary

Masih seputar ketidak percaya dirian akan bahsa inggris. Aku mempersiapkan sebuah kamus saku utnuk menemaniku selama diperjalanan. untuk membantu memahami jika ada kata yang aku tidak mengerti. maka kamus mungil ini selalu kusimpan dalam tasku.
Kamus boleh saja dibawa... tapi kenyataannya kita tidak membutuhkannya. Tidak sempat tentu saja, repot sudah pasti... yang jelas kamus saku pada umumnya hanya mencantumkan kata-kata yang sudah umum.
Jika kita kesulita dalam memahai pembicaraan orang lain, daripada ribet buka kamus, lebih baik meminta dia mengulang perkataanya dengan kalimat yang lebih mudah.

Alcohol... makes our english better

hubungan antara alkohol dan bahasa inggris pertama kali aku dapat di buku "Honeymoon With My Brother" karya Franz Wisner. Diceritakan Franz berkencan dengan wanita rusia yang kemampuan bahsa inggrisnya hanya 20 kata saja, tidak lebih. Setelah berbincang-bincang dan menghabiskan beberapa gelas vodka, si rusia mulai mabuk, dan mulutnya mulai melantur tidak karuan, mengeluarkan kalimat-kalimat dalam bahasa inggris lebih lancar dari pada dalam keadaan sadar.
Hal serupa kutemui di Thailand. Adalah Mr Anand tokoh utamanya. awalnya beliau malu berbicara dalam bahasa inggris, dan sesekali ia megingatkan kami untuk berbicara perlahan-lahan karena ia merasa bahasa inggrisnya buruk. Setelah menenggak beberapa gelas Bir, ia bukan saja tidak lagi meminta kami bicara perlahan, tetapi sudah mahir berpidato dalam bahasa inggris. Aku yang teringat kisah Franz Wisner denan Gadis Rusianya, jadi geli sendiri melihat tingkah polah Mr Anand.


Hey... I am A Man

Ini cerita dari Seorang pria berkebangsaan Jepang lainnya (aku lupa namanya). Begitu menginjakkan kaki di Thailand, Beliau belajar dengan cepat. Setelah memperhatikan beberapa orang di airport, ia berkeyakinan bahwa ketika menyapa, orang Thailand menyebut "Sa wa dee ka". pelajaran pertama.

Merasa yakin, ia menyapa beberapa orang Thailand " Sa Wa Dee Ka"

Beberapa orang Thai yang disapanya makah ketawa cekikikan. Ada apa? Ia jelas tidak salah. Ia mendengar sendiri, beberapa gadis di Airport Suvarna bhumi menyapa temannya demikian.

Maka ketika ia temui seorang temannya yang kebetulan sudah lama di Thailand, ia menyapa...

"Sa Wa dee Ka"

Si Teman ini terhenyak.

"Jadi sekarang anda seorang wanita?" Ucap kawannya.

Si pendatang baru, mengernyitkan dahi, tanda tidak menegrti.

" Akhiran Ka untuk wanita, Pria Ucapkan Kap"

" Jadi Katakan sa wa dee kap, jika anda pria"

Jelas sudah apa yang menimpanya seharian ini. Kejantanannya di ragukan beberapa orang Thai hanya karena ia mengucapkan Sa Wa Dee Ka

"oopsss... jelas saya seorang pria... Seorang pria yang terlalu cepat belajar..."







MY PASSPORT

Kalau sudah terpatri di hati, biarpun seakan kita tidak sanggup... tetap saja ada jalannya...

Banyak orang cerita tentang rumitnya birokrasi di Indonesia. Bertele-tele, tidak praktis apa lagi efektif. Walaupun rencana keliling dunia masih jauh dari kenyataan, tetapi cerita tentang birokrasi itu cukup buat aku senewen.

Dan rupanya Allah tahu betul sebeapa besar obsesiku keliling dunia, maka hal sepele semacam membuat passport dipermudah oleh-Nya.

Di pertengahan bulan Mei 209 ini, tanpa diduga, bos-ku bilang kalau aku akan berangkat training ke Thailand sekitar bulan Juni. Aku tidak pikir panjang, spontan aku menyatakan kesiapanku, dan saat itu juga yang terbayang adalah passport, karena urusan passport ini cukup pelik di benakku.

Sebagai "Tugas Negara", maka selayaknya urusan passport ini juga di "Urus Negara". Belum genap satu minggu aku membaca cerita tentang rumitnya membuat passport di Indonesia. Esoknya perintah untuk membuat passport langsung turun dari si Boss.

"Za, besok bawa akte kelahiran, KTP, Ijazah, dan kartu keluarga untuk membuat Passport"

Maka segala macam dokumen yang diminta, ku serahkan ke pihak yang berwenang. Seminggu kemudian, aku diajak oleh staff kantor ke Kantor imigrasi jakarta Timur, untuk proses wawancara, dan pengambilan foto. Si Staff kantor ini sempat memberi wejangan untuk proses wawancara agar lancar.

Siang itu, kantor imigrasi penuh sesak. Sebagian besar adalah wanita berseragam hitam putih. Yang muncul dibenakku saat itu adalah antrian akan memakan waktu berjam-jam. Maka demi passport, ku putuskan bersabar. Aku duduk manis di kursi yang tersisa.

satu menit...
dua menit...
lima menit...
sepuluh menit...

tiba tiba seseorang memanggil namaku "Eza Faizah"
aku gelagapan... segera mencari orang yang memanggil namaku.
kemudian langsung menuju ruang pengambilan photo... (saking penuhnya, sampai tidak sempat bergaya, atau setidaknya membenahi kerudung yang berantakan)
kemudian ambil sidik jari...
dan pindah ke ruangan lain dimana seorang ibu muda sudah menunggu. Ia memainkan komputer di hadapannya, sedangkan aku bersiap untuk wawancara dan mengingat petuah Si staff kantorku.

"Rencananya mau kemana, mbak?" tanya si Ibu Muda.
"Ke Thailand bu" Jawabku
30 detik kemudian
"ya.. sudah"
"Sudah?"tanyaku tak percaya.
"Ya... sudah.. tinggal tunggu passportnya"
Terakhir si Ibu muda ini memintaku menandatangani beberapa berkas.
dan yup...
tidak sampai dua puluh menit, urusanku di kator imigrasi selesai...sementara banyak orang yang datang lebih dulu masih duduk gelisah di kursinya, karena menunggu lama.
"So fast" pikirku.

Entah bagimana bisa secepat itu prosesnya. Entah bagaimana pihak kantorku membuatnya begitu cepat. aku tidak tahu. yang jelas, urusan ku membuat passport selesai sudah. tanpa biaya dari kantong sendiri, tanpa bertele-tele, praktis dan super efisien.

Dua hari kemudian passport sudah ditanganku... hmmm PASSPORT


WHY DO I CALL IT "KELILING DUNIA"???

Belasan tahun lalu, di rumah sepupuku, aku menemukan buku yang kelak menjadi sumber informasi pertama mengenai The Amazing Places yang berserakan di muka bumi. Aku ingat betul buku itu, karena buku itu diiklankan oleh salah satu penyanyi cilik favoritku waktu kecil, yaitu si Boneka Susan dan kak Ria Enes, judulnya tidak lain tidak bukan adalah Mengapa Begini Mengapa Begitu versi Tempat Terkenal Di Dunia.

Buku inilah yang pantas bertanggung jawab atas keinginanku untuk berkeliling dunia hingga sekarang.

Keinginan tidak relevan dengan kenyataan ini, sebenarnya tidak langsung timbul setelah membaca buku tersebut, faktor usia juga karena waktu itu aku masih di usia 7 atau delapan tahunan, membuatku tidak terpikir bisa melancong ke tempat-tempat terkenal tersebut, karena sepertinya tempat tersebut menmyerupai negeri yang asing atau "Some place in some where". Maka kala itu, membacanya cukup memberikan kepuasan untukku.

Aku yang hidup tidak berkelebihan, membuatku harus berhati-hati meminta sesuatu pada orang tuaku, sampai keinginan memiliki jaket bertopi waktu kecil ku pendam hingga akhirnya di tahun 2003, tepat awal bulan September, aku mengumbar obsesi akan jaket bertopi ini habis-habisan. Pulang kerja terima gaji pertama yang cuma 400 ribu rupiah, aku langsung meluncur ke pusat perbelanjaan, mencari benda bernama jaket bertopi itu.

Inilah awal munculnya kembali obsesi melihat tempat terkenal di dunia, yup... perihal cita-cita memiliki jaket bertopi ini begitu memberikan pelajaran berharga. Bahwa segala sesuatunya mungkin belum bisa kita dapat sekarang, tetapi waktu terus berjalan, menghimpun kekuatan kita untuk mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Membuatku berpikir mungkin saat ini aku belum bisa keliling dunia, but who's know???

Obsesi semakin menjadi-jadi ketika di tahun 2004 aku bekerja di kawasan Pluit, Kalian boleh bilang aku bodoh, tetapi kenyataanya aku terkejut ketika baru mengetahui bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa ternyata terletak di kawasan Jakarta Kota, karena sebelumnya ku pikir Sunda Kelapa jauh di seberang pulau. Kejadian Sunda Kelapa ini juga memberikan pelajaran berharga, betapa ternyata segala sesuatunya tergantung apa yang ada di pikiran kita, dan apa yang ada di pikiran kita tergantung pada seberapa besar ilmu pengetahuan kita. Begitu juga dengan keliling dunia, aku hanya belum paham bagaimana carnya? aku hanya belum mendapat ilmunya.
Kemudian segalanya mulai sebatas cita-cita, entah kapan dan bagaimana mewujudkannya aku belum tahu.

Malam, ketika menonton Metro TV, saat itu tengah tayang "Kick Andy" dengan episode Laskar Pelangi. Aku tidak ingin membahas buku ini, yang jelas dari tetralogi Laskar Pelangi inilah khususnya di buku Edensor, aku mulai mengenal istilah Backpacker. Istilah bagi orang yang bepergian hanya membawa ransel dengan modal tipis.

Perasaan bahwa semua mimpi ini mungkin, sudah tidak terbendung lagi, ketika aku memiliki Buku Enam Bulan Keliling Eropa Hanya 1000 Dollar Lewat Jalur Pertemanan, hal penting yang aku dapat dari buku ini adalah tentang situs bagi traveller di seluruh dunia www.hospitalityclub.org , dimana sesama anggotanya (yang tersebar diseluruh dunia) saling memberi tumpangan kepada anggota lain, yang memungkinkan dapat menekan biaya perjalanan lebih rendah lagi, itulah sebabnya si Penulis hanya menghabiskan 1000 dollar untuk perjalanannya ke Eropa selama enam bulan.

Keyakinan sudah tertanam, caranya mulai terlihat, target mulai dipasang yaitu disekitar 2010 mulai go around the world, dan meraihnya semakin menyenangkan ketika aku bertemu teman satu visi dan misi... yes..please wellcome Miss Yeli..!!! temen kosan kakaku tersayang ini rupanya punya cita-cita yang sama, jadilah setiap bertemu acaranya tidak jauh-jauh dari menghayal tentang ke Eropa...tapi kita juga berusaha, dan kalau ada temen senasib seperjuangan maka segalanya jadi lebih menyenangkan...

Menjelang Tahap kahir kuliahku... untuk kemudian benar-benar fokus untuk misi keliling dunia, itulah sebabnya aku ingin punya situs sendiri tentang keliling dunia... dan itulah sebabnya I call it eza-kelilng dunia...

Postingan Lebih Baru