Blogger news

You are reading eza's blog

Oktober 2009

Masjid Istiqlal : belasan Tahun lalu, Tahun lalu, dan Kemarin



Masjid Istiqlal : Dulu, bersama Ayah

Pertama kali ke Masjid Istiqlal ketika aku masih kecil, mungkin berumur 7 atau 8 tahun. Ketika itu ayahku mengajak aku ke sana karena kebetulan ada festival Istiqlal. Pameran buku kesukaan aku dan ayahku. Kami beli beberapa buah buku, kemudian pulang setelah menjelang sore. Ketika hendak akan keluar Masjid, aku melihat di sebuah stand buku buku tentang Tuanku Imam Bonjol. Sebagai anak yang dilahirkan dari orang tua yang asli Padang, maka nama Tuanku Imam Bonjol ini tidak asing bagiku. Aku meminta ayah membelikannya. Ayah melihat isi dompetnya, dan aku tahu kalau uang beliau habis. Aku merengek. ayah bernegosiasi dengan penjual buku, dan akhirnya penjual bersedia memberikan buku seharga uang yang Ayahku punya... aih... hingga belasan tahun berlalu aku masih ingat cerita ini, dan masih berdoa semoga penjual buku Di Festival Istiqlal itu mendapat balasan yang jauh lebih baik dari Allah.. Amin.

Masjid Istiqlal : Ramadhan Tahun Lalu Bersama Endah

Bosan dengan aktivitas di rumah ketika puasa yang biasa tidak jauh dari tidur, aku ajak Endah sahabatku sejak SD, untuk pergi ke Istiqlal kemudian ke Monas, jalan-jalan murah istilahku. Maka kami menuju ke sana pada suatu sabtu dimana kebetulan hari itu hari libur bekerja. Naik KRL dari stasiun Depok baru ke Stasiun Juanda dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Masjid Istiqlal.
Sayangnya, waktu itu pintu As-Salam tertutup, sehingga kami harus mencari pintu lain. setelah berkeliling, ternyata hari itu gerbang yang didekat lapangan Banteng yang di buka.
Kami menuju tempat wudhu, dan di sana ada seorang ibu yang menawarkan meminjamkan mukena, kebetulan aku tidak membawa mukena, maka aku terima tawaran ibu terebut. Seusai shalat ku kembalikan mukena tersebut, dan aku terkejut setelah si ibu itu mneagtakan " seikhlasnya neng...". Kaget sebentar, lalu aku berikan uang "seikhlasnya".
Selesai Shalat kami berkeliling masjid, menemukan bedug besar, yang lebarnya lebih dari rentangan kedua tanganku. ha...ha... benar-benar besar..
















Masjid Istiqlal : Kemarin


berawal dari undangan untuk menghadiri kopdar bagi pembaca majalah National Geographic Indonesia di Jalan Veteran 1. Dari Depok aku naik kereta dan turun di Stasiun Juanda. Jam baru menunjukkan pukul 13.00 masih ada waktu 1 jam lagi sebelum acara kopdar dimulai. Maka dari stasiun Juanda aku berjalan kaki ke Masjid. Untungnya gerbang Masjid yang berhadapan dengan Stasiun Juanda terbuka, sehingga saya tidak perlu keliling mencari gerbang . Sampai di pintu As-Salam Masjid Istiqlal saya tidak menemukan pintu masuk yang terbuka. dan suasana pun sepi... tidak ada orang. Dari jauh tampak segerombolan anak SMA yang tampak clingak-celinguk, saya langsung tahu bahwa mereka pun mencari pintu masuk. Benar saja, diantara merak ada yang bertanya
"Mbak, pintu masuknya di mana sih..??" kata salah seorang anak yang ternyata bernama Abi.
"Lah... Gue juga lagi nyari" Kataku lagi.
aihh... Mungkin karena merasa punya keperluan yang sama, aku, Abi beserta teman-temannya mencari pintu masuk bersama. Di tengah pencarian kami bertemu dengan dua turis bule wanita yang mengenakan Tank top juga tampak mencari sesuatu.
Melihat ada orang lain di masjid, salah satu anak mengusulkan untuk menanyakan ke turis tersebut. Tapi saya mencegah, merasa malu kita bertanya pintu masuk masjid pada turis bule.
Dan tingkah narsis ala anak SMA pun dimulai. mereka mulai melontarkan keinginan untuk berfoto ria bersama dua bule cantik itu. Tapi sayang, mereka malu-malu berbicara Bahasa Inggris, sehingga dua bule tadi mengabaikan mereka.
Kasihan melihat mereka, aku nekat mengajukan penawaran pada Abi CS untuk berbicara pada turis tersebut. Mereka mengiyakan.
Dengan nekat, walau bahasa Ingris berantakan aku bertanya pada turis bule itu kesediaan mereka untuk difoto bersama teman baruku. Awalnya mereka malu, tapi akhirnya mau juga. Setelah atur posisi maka aku selaku "Photographer" langsung membidikkan kamera sehingga muncul gambar dua turis Bule di kelilingi anak SMA dari salabenda Bogor dengan latar Masjid Istiqlal.
Baru aku tahu kemudian kalau dua turis nan cantik ini sedang mencari Tour Guide untuk keliling Istiqlal. Pengalaman diperlakukan dengan sangat baik oleh orang asing di negeri orang dan mengingat aku juga akan traveling ke luar negeri tahun depan dan sangat berharap akan diperlakukan denagn baik di sana, membuat aku bersedia membantu mereka mencarikan informasi. Jadilah aku, Abi Cs dan dua turis berjalan lagi mencari pintu masuk.
Ahhh... ternyata kami menemukan pintu masuk, senangnya...
Aku langsung menuju seorang satpam yang sedang berjaga, dan aku katakan kalau ada dua turis asing yang mencari tuor guide Istiqlal. Dari penjelasan pak satpam yang ramah itu, aku ketahui kalau turis itu sudah menemuinya dan disarankan untuk masuk melalui pintu Al-Falah karena disana ada Guide yang bisa meminjamkan baju yang lebih baik untuk masuk Masjid. Aihhh... rupanya turis itu kesulitan menemukan pintu yang dimaksud... Mungkin karena merasa kasihan atau tidak enak karena aku terus bersama dua wisman itu, akhirnya pak satpam bersedia mengantarkan dua turis itu.
"Ok... follow me!" kata pak satpam dengan bahasa Inggris yang sangat Baik menurutku.
Dan dua wanita dari lain benua itu mengikuti Pak satpam dari belakang, tidak lupa ia ucapkan "thank You" padaku. Aku membalasnya "You're Welcome".
Selesai urusan Wisman, kami segera ambil wudhu, tidak ada ibu yang menawarkan mukena sat itu, dan karen aku tidak juga membawa mukena, maka aku cari informasi apakah didalam masjid ada mukena, dan petugas itu bilang, kalau mukena disewa "seikhlasnya". Aaiihhhh... ku pikir kejadian tahun lalu, hanya kebetulan, tetapi mungkin kebijakan pengurus masjid Istiqlal demikian, tetapi kalau aku pribadi, merasa miis melihatnya, alat shalat di Masjid terbesar di Asia Tenggar berbandro "seikhlasnya". Kalian boleh katakan aku sinis, atau katakan "amal", tetapi perasaan miris sejak tahun lalu belum bisa aku hilangkan.
lupakan persoalan mukena, Kami pun Shalat Zuhur Di Masjid Istiqlal siang itu.
Usai Shalat Zuhur kami keluar majid bersama, hendak keluar masjid, kami melihat dua turis bule tadi sudah emngenakan baju jbah yang kami anggap mirip sarung menutup bagian tubuhnya yang dibalut tank top. Aku dan teman baruku dari Bogor tersenym melihat penampilan baru teman bule kami.
Siswa SMA itu bergegas menuju Monas sedangkan aku ke jalan Veteran, sebelum berpisah kami foto bersama dan bertukar no HP dan email. pengalaman seru diakhir akhir minggu...








KOMUNITAS MANUSIA LEBAY

Lebay, over acting a.k.a over respons….

Manusia tipe ini mudah dikenali dari perilaku dan tingkah lakunya sehari-hari. Menanggapi sesuatu dengan persepsi sendiri sehingga terkesan berlebihan, enggan mengubah sudut pandang, sehingga orang lain melihatnya seperti sesuatu yang dibuat-buat dan tidak alami. Kalau orang lain menanggapi dengan datar, ia meledak-ledak sendiri, jika orang lain berusaha untuk positif, ia negative sendiri, jika orang lain tertawa dibuatnya ia merasa bersalah…. Aiihhhh.. ia berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
Termasuk golongan ini adalah para “miss peagent” yang kelimpungan jika kukunya patah. Wanita-wanita yang menghabiskan jutaan rupiah untuk permak wajah, atau orang yang over sensitive… selalu merasa dibicarakan orang, selalu difitnah orang, sepertinya ia makhluk berharga sehingga orang lain perlu menjatuhkan dia.
Para miss peagent ini, selalu membuat hariku membosankan karena yang mampu ia bicarakan hanya seputar jerawat, lipstick, film baru dan gandengan baru… bosannya. Lebih membosankan lagi jika berjalan bersama miss peagent ini, mereka merasa perlu membalas lirikan manusia lain, atau mengeluarkan cermin kecil untuk memastikan penampilan mereka baik-baik saja… ayolah nona, hidung kalian masih ditempatnya.
Orang-orang over sensitive cenderung menunjukkan kekurangan sendiri, bahkan cenderung mengeksposenya kehadapan publik. Kalimat andalan orang over sensitive adalah “ iya deh, aku tahu aku memang sudah…” atau “ya deh .. aku akui kalau aku……”. Orang seperti ini bukannya membuat aku bosan, tapi menguras tenagaku dengan pasti karena aku harus berpikir dan menemukan kata-kata yang tepat, dan memastikan ia tidak akan mengeluarkan kalimat “aku memang… bla..bla..” setelah mendengar celotehanku.
Sedangkan aku orang yang cenderung bebas, 90% cuek, dan bersopan santun ala kadarnya juga tidak pandai berbasa-basi. Maka bisa dibayangkan penderitaan ku jika bergabung bersama manusia lebay ini., atau tersiksanya para Lebay jika ada dikeliling aku.
Aku tahu, rupa manusia bermacam-macam, otaknya pun bermacam-macam.
Aku menulis ini bukan melarang kaum Lebay untuk berinteraksi denganku, Tapi harus aku ingatkan dari sekarang, bahwa kalian Para Lebay akan sulit berkomunikasi denganku.

Pulau Komodo : Berkaca pada "kegagalan" Candi Borobudur

Tanpa sengaja, trip ke Ujung Kulon kemarin memperkenalkan gue pada Weni. sarjana dibidang arsitektur yang sekarang sedang bekerja (semacam) rekonstruksi Candi Borobudur,terutama dari segi Landscape. Dari Beliau-lah gue tahu, kalau Label World Heritage Candi borobudur terancam dicabut karena peran sebagai warisan arkeologi tidak dikelola dengan baik. Borobudur, yang merupakan warisan arkeologi, dibiarkan begitu saja dirampas, diporak porandakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Gue pernah lihat berita tentang pencurian patung-patung Budha yang terjadi Di Candi buatan dinasti Syailendra itu tidak dapat diatasi, sehingga kini banyak patung budha tak berkepala. Pelestarian yang jauh dari semestinya sebagai world heritage.
Ancaman pencabutan status Borobudur sebagai World heritage berlanjut ke hilangnya Candi Borobudur dari daftar 7 keajaiban dunia.
Tidak masuk dalam 7 keajaibana dunia merupakan indikator bahwa Borobudur tidak lagi populer sebagai tempat wisata, karena 7 keajaiban dunia di rilis berdasarkan voting di berbagai belahan dunia.
Baru ngeh kalau Borobudur tidak lagi populer baru membuat pemerintah dan stake holder setempat kelimpungan, mencoba memperbaiki dan membenahi Candi Borobudur, dan mengupayakan pengembalian jati diri Borobudur sebagai warisan arkeologi.
Saat ini tengah dilakukan voting untuk penentuan 7 keajaiban dunia yang akan diumumkan ditahn 2011, walaupun untuk diumumkan ditahun 2011, namun voing sudah dilakukan dari skarang. Tak ayal, masyarakat indonesia terutama kaum muda yang sudah melek internet mencoba mempromosikan, memberitahukan dan mensosialisasikan untuk mem-vote pulau komodo sebagai satu-satunya calon dari Indonesia agar bisa bertengger di 7 keajaban dunia. Bahkan sebuah grup di Facebook dibuat khusus untuk mensosialisasikan acara ini untuk memenangkan pulau Komodo sebagai 7 keajaiban dunia, tidak tanggung-tanggung anggota grup ini mencapai 1 juta lebih, menunjukkan semangat bangsa indonesia untuk mempopulerkan kekayaan alamnya.
Sedang semangat-semangatnya mem-vote pulau komodo, datanglah berita-berita tidak sedap. Isu pemindahan komodo ke pulau bali yang katanya untuk pemurnian genetik, hingga isu akan dibukanya pertambangan di pulau ini sangat mengganggu. tidak terbayangkan jika benar pertambangan akan dibuka dipulau ini. Sama seperti jati diri Borobudur yang rusak sebagai warisan arkeologi, Pulau Komodo pun siap kehilangan label sebagai habitat binatang komodo.
Jika sudah ada pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya, jika kita pernah salah, haruskah kita mengulanginya??.
Kasus Borobudur semoga dapat membuat kita bercermin bahwa kita kerap tidak adil terhadap warisa budaya dan alam kita. Semoga dari Borobudur kita dapat berkaca pada kegagalan sebelumnya untuk kemudian tidak diulangi kembali.



Postingan Lebih Baru Postingan Lama