Blogger news

You are reading eza's blog

September 2009

Ujung Kulon : i have proved by my self

Trip paling aneh yang pernah gue jalananin


Kenapa gue bilang aneh??? karena sebagian besar peserta tripnya nggak gue kenal. dari 13 peserta lainnya hanya Yeli yang gue kenal luar dalem, sisanya...??? asli baru kenal di jalan.

depan kiri ke kanan : Joki, Yeli, Dedy, Israr
Belakang kiri ke kanan : Weni, Yuni, Nani, Eza, Nia, Oci, Ica, joko, Rio and Doddy

Kalau gak salah Israr yang pertama kali nawarin trip ini, setelah reset peserta berkali-kali, bongkar pasang, and banyak yang maju mundur, dari yang waiting list sampai jadi peserta utama, dari 15 orang lebih hingga menyisakan 14 orang, akhirnya tanggal 24 September 2009 kita ber-14 meluncur menuju Ujung Kulon.

I dont have anything

Sebagai backpacker pemula, w gak punya semua peralatan yang diperlukan bahkan sandal yang aman untuk trekking pun gak ada. setelah memperhatikan dan menimbang keuangan yang ada maka gue putuskan untuk meminjam beberapa peralatan yang belum bisa gue beli. Sekalian untuk berterima kasih sama mereka yang sudah denagn sukarela meminjamkan peralatannya,
---> Ayu : makasih untuk ranselnya
---> Yayan : thanks banget untuk sleeping bagnya, waktu tidur di dalamnya gue berpikir apa saja yang sudah terjadi didalam sleeping bag ini wkkakkaakk...
---> Ibu neneng : yang punya lab, yang brbaik hati meminjamkan kamera Lab sehingga gue gak mat gaya dijalan.

Pak Sopir oohhh Pak Sopir...

Perjalanan yang menguras energi, bukan saja energi peserta trip tetapi juga energi sopir mobil Elf yang kita sewa. elf penuh karena kami memang me-maksimalkan kapasitas elf, hingga bisa me-reduce biaya, ditambah denagn backpack kami yang berjulmah 14 dan peralatan camping lainnya, membuat elf penuh-sepenuh penuhnya. Kami berngkat tanggal 24 september jam 22.30 dan sampai di Taman Jaya pukul 07.00 keesokan paginya. Beratnya perjalanan menyebabkan tamatnya riwayat kesabaran pak sopir yang ditandai dengan ogahnya dia menjemput kami kembali pada hari minggu, sesuai perjanjian.
"Srar, bapak dah gak kuat" begitu kata si pak Sopir. suatu kalimat yang hingga trip selesai masih jadi bahan candaan kami. Untungnya, masih ada pak Komar si empunya kapal motor yang bersedia membantu kami mencarikan elf baru.


Bagang

Bapak Atin, guide kami di Ujung Kulon sedikit bercerita tentang cara masyarakat setempat menangkap ikan, cara yang gue juga baru tahu. yaitu dengan bagang, semacam rumah di tengah laut, yang dibagian bawahnya terdapat jala. Jika malam datang maka lampu di Bagng akan dinyalakan dan memancing ikan-ikan untuk datang, jika ingin menangkap cumi-cumi menurut Pak Atin lampu yang digunakan berwarna merah. Masih menurut cerita Pak Atin, Penggunaan Bagang diperkenalkan oleh orang Bugis yang banyak bermukim disekitar kawasan Sumur. Untuk membuat satu Bagang diperlukan dana sekitar 20 juta. dan dikerjakan selama satu minggu. Pak Atin sendiri kadang menerima pesanan membuat bagang yang dibantu oleh lima orang lainnya. Jika kita mau membeli ikan di bagang maka kita kan dapatkan tawaran yang menggiurkan, sayang kami tak sempat bertransaksi di Bagang...


Sungai Cigenter, Ajang menunjukkan nyali atau kebodohan...??

Cerita ini datang ketika kami ber-kano ria di sungai cigenter. Dua kano yang dipakai untuk membawa kami menyusuri sungai cigenter. perjalanan seharusnya berlangsung jam tetapi entah kami kami merasa 1.5 jam cukup untuk ber-kano ria. Maka kami pun memutuskan langsung kembali ke kapal untuk selanjutnya menuju Pulau Peucang. Sungai Cigenter lebih mirip rawa, airnya tenag berwarna hijau. Kami yang ada di kano terkejut ketika melihat aksi Bang Deddy terjun ke sungai. Sontak para Ranger yang ada panik dan meminta Bang Deddy untuk segera naik ke kano kembali. Demi menegaskan bahwa aksinya dilakukan secara sadar Bang deddy langsung berkata "gak apa-apa", tetapi itu tidak cukup menenangkan Ranger.
"Naik... naik... ada buayanya di sini" kata salah seorang ranger.
"hah... buaya??" Pekik bang Deddy.
Alhasil bang Deddy naik denagnselamat meski kemudian wajahnya sedikit pias karena penjelasan para ranger.
" Di sini buayanya bisa sampai 4 meter, jejak kakinya ada yang sampai 80 cm, saya saja sudah 15 tahun kerja disini tidak pernah berani terjun ke sungai"


Pulau Peucang, what a wonderfull island...!!!

Ketika kapal mulai mendekati Pulau Peucang, aroma keindahan Pulau ini sudah sangat terasa. Gradasi warna dari biru tua, biru muda kemudian ke warna putih yang berasal dari pasir dipinggiran pantai sudah membuat mata ini segar. airnya jernih, dan pasirnya lembut... surga bagi penduduk jakarta seperti gue yang tidak pernah lagi melihat keindahan alam yang sesungguhnya. maka pulau peucang adalah mutiara di barat pulau jawa...
Di pulau ini ada beberapa hewan yang berkeliaran, ada babi hutan, monyet (yang gue nggak ngerti jenisnya apa) dan kijang, yang semuanya bebas berkeliaran.

Cidaon... tidur diluar tenda lebih nikmat...!!

Lelah di hari pertama trip, kami menuju ke Cidaon untuk mendirikan tenda. Tempat yang kami pilih ternyata mirip hutan, sepi, sunyi dan banyak pohon-pohon besar. karena tenda hanya ada empat buah, maka diputuskan kami kaum hawa menempati satu tenda untuk empat orang sekaligus. awalnya aku mauk tenda bertiga denagn Yeli dan nani, dan rencanaya tenda itu disi juga oleh Oci, tenda penuh walaupun kami masih beriga, tiga jam gue berusaha untuk memejamkan mata agar besok bisa melanjutkan trip dengan fit, tetapi apa mau dikata, panas tak tertahankan... keringat bercucuran. gue lihat Yeli tidur dengan lelapnya, begitupun Nani. uuaargjjjhhh.... gue nggak tahan, gue ambil sleeping bag, celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan mencari tempat yang pas... gelas sleeping bag langsung berbaring... indahnya langit.bintang banyak bertaburan, tetapi terhalang oleh daun-daun yang lebat, sehingga bintang hanya tampak terselip diantaranya... sepuluh menit kemudian gue sudah lelap...

Karang Copong... Trekking 1 jam yang tidak disesali

Hari berikutnya menju karang Copong, karang besar yang dibagian tengahnya bolong ini menjadi sasaran kami beikutnya. trekking satu jam, melewati pohon kiara yang besar. terus melaju di jalan setapak, kadang-kadang muncul gerombolan kijang yang berlari ketakutan ketika mengetahui ada 15 oang manusia berjalan beriringan dan sisanya hanay terungkap di foto yang kami ambil disana... just take a look..!!

Tanjung Layar... what can i say then..??

Hari untuk malam terakhir kami di Taman Nasional Ujung Kulon, kami mendirikan tenda di Tanjung Layar. Dari Cibom kami trekking lagi selama satu jam menuju tanjung layar. Di perjalanan kami menjumpai beberapa hal menarik, sejumlah makam, mercusuar, baru dan yang lama dan bangunan bekas penjara, tida seperti waktu trekking ke Karang Copong dimana kami hanya membawa day pack kami, trekking ke Tanjung LAyar ini bisa dibilang lebih berat karena kami harus memanggul backpack kami,... berat..!!! tapi syukurlah, yang kami dapat di Tanjung Layar cukup membayar lelah kami.



DREAM IT PLAN IT DO IT

Seseorang berkomentar di salah satu grup facebook

Dream it... plan it... do it

Komentar yang menghentak, sekaligus menusuk hati. Betapa tidak... aku punya mimpi tetapi terlalu lambat dalam menggapainya. Siapa bilang banyak orang takut bermimpi... dari kecil kita sudah bermimpi... setiap saat kita menginginkan sesuatu itulah mimpi...

Jika semua orang punya mimpi, maka penakluk mimpi itulah yang jarang kita temukan. Jika semua orang bisa bermimpi maka hanya orang-orang sukses saja yang rela menebus mimpinya dengan keringat, keletihan mental, kegigihan untuk berjuang, dan tidak takut gagal.

Anggun C. sasmi dalam suatu wawancara pernah mengatakan jika kamu punya mimpi, bangun, mandi dan pergi mengejar mimpimu.
Hakikat dari Laskar Pelangi adalah bukan bermimpi, tetapi justru bagaimana mimpi itu harus diperjuangkan. Sejauh apa mimpimu sejauh itu pula kau harus berjalan, semustahil apapun mimpimu semustahil itu pula usahamu.

jangan pernah bermimpi jauh jika kau hanya mau berjalan sepelamparan batu.

Jika kita menelaah lebih lanjut akan hidup kita, atas semua mimpi yang kita ikrarkan, sudahkah kita melakukan sesuatu untuk mencapainya.

Seorang backpacker Indonesia hendak melakukan perjalanan keliling ASEAN bulan oktober mendatang. Dia melukiskan bahwa sejak beberapa bulan sebelumnya ia telah merencanakan untuk duet backpacker, halangan hingga pada akhirnya ia harus bertualang sendirian tidak menyurutkan niatnya. ia menuliskan rincian perjalanan, rute yang akan ditempuh, tempat ia akan tinggal di tempat-tempat yang telah ditetapkan, bahkan mempersiapkan latihan fisik dan mental dari sekarang.

Mimpi tidak akan terkabul dalam sekejap mata, tidak datang begitu saja... susuri jejak mimpi kita, dekati dia, jika mimpimu kelewat membumbung tinggi, jangan turunkan targetnya, tapi buatlah rencana, Andrea Hirata dan Anggun C sasmi butuh belasan tahun untuk menggapai mimpinya, begitupun
Jika tidak dari sekarang... kapan lagi???

I DID NOT LIKE SPORT, BUT I HAVE TO DO NOW

Olah raga...??? sumpah, itu adalah suatu hal yang gue nggak suka dari gue kecil. Lannganan jadi bahan ejekan karena lari paling lambat, karena nggak kuat pegang peluru di olahraga tolak peluru, nggak bisa nge-roll waktu senam lantai, dan nggak bisa-nggak bisa lainnya dalam hal olah raga. Jadilah olah raga adalah momok dalam kehidupan gue di sekolah. Bahkan dari SD sampai SMP dimana gue cemerlang di sekolah, olahraga selalu menjadi batu sandungan. Langganan kena her pelajaran olah raga, itulah gue...!!.
Bertahun-tahun anti olahraga, tetapi belakangan seperti muncul pencerahan, bagaimana tidak, hoby jalan-jalan yang semakin sulit dikendalikan, cita-cita keliling dunia hingga eropa mneyadarkan gue kalau itu semua butuh fisik yang kuat.
Pengalaman di Anyer yang langsung juntai hanya karena diterjang ombak kecil benar-benar membulatkan tekad gue untuk memperkuat diri. Nggak lucu kan, baru sampe eropa langsung roboh cuma karena ketiup angin... (Kalau sampai kejadian bisa nyesel seumur hidup gue).
Mengingat, menimbang segala angan dan mimpi itulah, sekarang gue memutuskan untuk mulai olahraga.
Mimpi memang bisa menggerakkan hati kita untuk bertindak nyata. Dulu, bertahun-tahun yang lalu, guru-guru olahraga gue sampe males marahin gue karena gue gak pernah olahraga. Coba kalau dulu guru gue ngingetin bahwa ada hubungan antara keliling dunia and olah raga pasti gue nggak perlu frustasi sama pelajaran satu ini.

THE NEKAT TRAVELLER : ADMIRE BADUY ETHNIC



Nekat traveller alias petualangan yang nekat adalah gambara tepat untuk perjalanan ke suku baduy di daerah Banten. Bermodalkan catatan perjalanan orang lain yang dipublish di blogspot, kami bertiag, aku, Yeli dan teman hospitality club bernam eva, nekat melaju ke daerah rangkas dengan kereta ekonomi jurusan merak hanya dengan membayar 4000 rupiah saja. Malang bagi Eva... yang ku pikir biasa bersusah payah demi sebuah petualangan, panas dan sesak karena saat itu adalah libur panjang untuk 17 agustusan. berkali-kali nona batak itu menghardik siapapun yang membuat perjalanan tidak nyaman itu menjadi lebih tidak nyaman.

Setelah tiga jam perjalanan, kami sampai di Stasiun Rangkas. Dandanan kami yang tidak biasa karena mengangkut backpack dipunggung, membuat sejumlah orang bertanya-tanya tujuan kami sebenarnya, termasuk seorang penjual minuman tempat kami membeli bekal air minum.
KAmi jelaskan tujuan kami dan alangkah kagetnya bapak oenjual minum ini mendenagr penjelasan kami.

"3 perempuan, mau ke suku baduy..???" decak si BApak terkagum-kagum.

kami bertiga cengengesan, sedikit bangga akan kenekatan kami.

kami berlalu menuju angkutan umum yang akan membawa kami ke terminal Aweh.

Di terminal Aweh ini, kami bertemu dua orang pria yang juga menanyakan tujuan kami, sedikit terperangah ia menanggapai keinginan kami. Sampai akhirnya slaah-satu dari mereka meberikan wejangan-wejangan dan beberapa nasihat serta resiko jalan-jalan ke Suku Baduy.
Ku amati wajah Yeli, pucat, terbengong-bengong, dan kurasa ia baru menyadari kenekatannya.

"Mumpung masih di kota, ayo pulang kalau mau pulang" kataku.

Yeli hanya tersenyum sipu... sudah terlanjur. terus aja. Ia mulai tersenyum.
Aku pun hanay bisa tertawa. menertawakan watak kami yang agak nekat.

"Lanjut Mang...!!" teriakku ke pak sopir.

Dan hari itu, 2 jam lagi kami habiskan di angkot L300, demi menyaksikan sendiri kesederhanaan suku baduy jauh dipelosok Banten.

ESTIMASI BIAYA

Urusan Travelling selalu mentok di biaya. Maka ketika akan melakukan perjalanan, maka bayangan rupiah yang harus dikeluarkan haruslah jelas. Dari catatan blogger yang kami jadikan pedoman, maka estimasi biaya sekitar 160.000 rupiah. Berdasarkan pengalaman yang lalu, kami tidak pernah mendapatkan cost yang nyaris sama dengan estimasi mula. Biasanya cost yang kami keluarkan lebih mahal lagi. Tetapi untuk perjalanan kali ini, yang juga berkat blogger yang telah meng-record tripnya sedemikian rupa sehingga estimasi biaya nyaris tepat dengan pengeluaran actual.

Kereta : Kota-rangkas : 4000
Angkot : stasiun rangkas-terminal aweh : 3000
Angkot : Terminal aweh - ciboleger : 20000
Ojek : Ciboleger - Gerbang perkampungan Baduy : 20000
Penginapan : 35000
Makan n minum dll : 30000
Total : 159000


BALADA KAMERA BARU

Ini sepenggal usaha untuk mensyukuri apa yang ada...

Dari hoby travelling, lanjut ke hobi motret, karena setelah disadari setiap menapaki suatu daerah yang baru, yang tidak lazim, yang menarik maka kita ingin mengabadikannya, dari sekedar mengabadikannya, sampai ingin menjadikannya sebagai kenangan sempurna. Dari mulanyahanya jeprat-jepret sampai ingin yang terbaik.

Inilah manusia... tidak pernah sampai ke satisfied line. selalu merasa kurang.

Keinginan yang terus berkembang inilah, yang kemudian menimbulkan cita-cita memiliki kamera baru.

Setelah hunting kesana-kemari dan pikir panjang maka kamera yang dibandrol 3 juta pun jadi sasaran. Walaupun uang tidak ada di tangan, tetapi kamera tetap harus di bawa pulang untuk trip berikutnya. Mencuri..?? ya tidak. Solusi dari berbagai consumer finance sebenarnya bisa membantu. cukup memberikan KTP dan slip gaji, maka kamera bisa berpindah tangan.
waktu kritis adalah saat terakhir memutuskan, bayangan sejumlah cicilan yang harus dibayar beberapa bulan ke depan, ancaman tidka bisa travelling karena ada pengeluaran tambahan, bahkan bayangan menakutkan kalau kamera 3 juta itu hanya bisa di bawa tidur (karena plan travelling bisa dibatalkan demi cicilan).
Saat terakhir itulah ditetapkan, debt no... travelling yes... maka kupandangi lagi kamera rendah mutu yang selama ini selalu mengabadikan perjalananku, kamera yang beberapa menit lalu hendak ku lego semurah-murahnya... kamera yang selama ku pandang sebelah mata.

Kamera baru... kamera baru... pada akhirnya kamera baru hanya menjadi penggalan cerita untuk dipublikasikan. hanya sebuah balada... keinginan yang entah kapan bisa ku dapat.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama