BALADA KAMERA BARU
Ini sepenggal usaha untuk mensyukuri apa yang ada...
Dari hoby travelling, lanjut ke hobi motret, karena setelah disadari setiap menapaki suatu daerah yang baru, yang tidak lazim, yang menarik maka kita ingin mengabadikannya, dari sekedar mengabadikannya, sampai ingin menjadikannya sebagai kenangan sempurna. Dari mulanyahanya jeprat-jepret sampai ingin yang terbaik.
Inilah manusia... tidak pernah sampai ke satisfied line. selalu merasa kurang.
Keinginan yang terus berkembang inilah, yang kemudian menimbulkan cita-cita memiliki kamera baru.
Setelah hunting kesana-kemari dan pikir panjang maka kamera yang dibandrol 3 juta pun jadi sasaran. Walaupun uang tidak ada di tangan, tetapi kamera tetap harus di bawa pulang untuk trip berikutnya. Mencuri..?? ya tidak. Solusi dari berbagai consumer finance sebenarnya bisa membantu. cukup memberikan KTP dan slip gaji, maka kamera bisa berpindah tangan.
waktu kritis adalah saat terakhir memutuskan, bayangan sejumlah cicilan yang harus dibayar beberapa bulan ke depan, ancaman tidka bisa travelling karena ada pengeluaran tambahan, bahkan bayangan menakutkan kalau kamera 3 juta itu hanya bisa di bawa tidur (karena plan travelling bisa dibatalkan demi cicilan).
Saat terakhir itulah ditetapkan, debt no... travelling yes... maka kupandangi lagi kamera rendah mutu yang selama ini selalu mengabadikan perjalananku, kamera yang beberapa menit lalu hendak ku lego semurah-murahnya... kamera yang selama ku pandang sebelah mata.
Kamera baru... kamera baru... pada akhirnya kamera baru hanya menjadi penggalan cerita untuk dipublikasikan. hanya sebuah balada... keinginan yang entah kapan bisa ku dapat.
Dari hoby travelling, lanjut ke hobi motret, karena setelah disadari setiap menapaki suatu daerah yang baru, yang tidak lazim, yang menarik maka kita ingin mengabadikannya, dari sekedar mengabadikannya, sampai ingin menjadikannya sebagai kenangan sempurna. Dari mulanyahanya jeprat-jepret sampai ingin yang terbaik.
Inilah manusia... tidak pernah sampai ke satisfied line. selalu merasa kurang.
Keinginan yang terus berkembang inilah, yang kemudian menimbulkan cita-cita memiliki kamera baru.
Setelah hunting kesana-kemari dan pikir panjang maka kamera yang dibandrol 3 juta pun jadi sasaran. Walaupun uang tidak ada di tangan, tetapi kamera tetap harus di bawa pulang untuk trip berikutnya. Mencuri..?? ya tidak. Solusi dari berbagai consumer finance sebenarnya bisa membantu. cukup memberikan KTP dan slip gaji, maka kamera bisa berpindah tangan.
waktu kritis adalah saat terakhir memutuskan, bayangan sejumlah cicilan yang harus dibayar beberapa bulan ke depan, ancaman tidka bisa travelling karena ada pengeluaran tambahan, bahkan bayangan menakutkan kalau kamera 3 juta itu hanya bisa di bawa tidur (karena plan travelling bisa dibatalkan demi cicilan).
Saat terakhir itulah ditetapkan, debt no... travelling yes... maka kupandangi lagi kamera rendah mutu yang selama ini selalu mengabadikan perjalananku, kamera yang beberapa menit lalu hendak ku lego semurah-murahnya... kamera yang selama ku pandang sebelah mata.
Kamera baru... kamera baru... pada akhirnya kamera baru hanya menjadi penggalan cerita untuk dipublikasikan. hanya sebuah balada... keinginan yang entah kapan bisa ku dapat.
Posting Komentar