Belajar Ikhlas
Aku menunggu datangnya wanita berkerudung itu. Sudah sebulan ia tidak mengunjungi aku. Aku rindu padanya. Aku ingin lebih mendengar ia bercerita tentang hidupnya yang tidak mudah. Meski begitu, sekalipun aku tidak pernah mendengar ia bertanya pada Tuhan mengapa, Ia tidak pernah mengeluhkan hidupnya yang susah, tidak pernah bersedih karena tidak bisa melakukan apa yang ingin ia lakukan, aku hanya melihat ia melakukan apa saja yang bisa ia lakukan. Aku tidak tahu apa yang ia mau, tetapi ia selalu tahu apa yang orang lain butuh.
Ia adalah pengajar terbaik untuk aku, ia jarang berbicara, ia hanya sering berbuat. Ia tidak pernah berkhotbah di telingaku yang sudah bosan mendengar ceramah tanpa bukti nyata, ia hanya melakukannya. Malam ini aku duduk diteras rumahku, menunggu ia datang, menunggu sang guru datang, menunggu wajah yang selalu tenang, menunggu hati yang selalu ikhlas.
Ia adalah pengajar terbaik untuk aku, ia jarang berbicara, ia hanya sering berbuat. Ia tidak pernah berkhotbah di telingaku yang sudah bosan mendengar ceramah tanpa bukti nyata, ia hanya melakukannya. Malam ini aku duduk diteras rumahku, menunggu ia datang, menunggu sang guru datang, menunggu wajah yang selalu tenang, menunggu hati yang selalu ikhlas.
2 Responses to “Belajar Ikhlas”
Hmm sudah bertemu dengannya? Guru terbaik memang seseorang yang tidak banyak berbicara, cukup mencontohkan dengan tindakan ya :)d
kaya'a i know who she is..???
Posting Komentar