MY PASSPORT
Kalau sudah terpatri di hati, biarpun seakan kita tidak sanggup... tetap saja ada jalannya...
Banyak orang cerita tentang rumitnya birokrasi di Indonesia. Bertele-tele, tidak praktis apa lagi efektif. Walaupun rencana keliling dunia masih jauh dari kenyataan, tetapi cerita tentang birokrasi itu cukup buat aku senewen.
Dan rupanya Allah tahu betul sebeapa besar obsesiku keliling dunia, maka hal sepele semacam membuat passport dipermudah oleh-Nya.
Di pertengahan bulan Mei 209 ini, tanpa diduga, bos-ku bilang kalau aku akan berangkat training ke Thailand sekitar bulan Juni. Aku tidak pikir panjang, spontan aku menyatakan kesiapanku, dan saat itu juga yang terbayang adalah passport, karena urusan passport ini cukup pelik di benakku.
Sebagai "Tugas Negara", maka selayaknya urusan passport ini juga di "Urus Negara". Belum genap satu minggu aku membaca cerita tentang rumitnya membuat passport di Indonesia. Esoknya perintah untuk membuat passport langsung turun dari si Boss.
"Za, besok bawa akte kelahiran, KTP, Ijazah, dan kartu keluarga untuk membuat Passport"
Maka segala macam dokumen yang diminta, ku serahkan ke pihak yang berwenang. Seminggu kemudian, aku diajak oleh staff kantor ke Kantor imigrasi jakarta Timur, untuk proses wawancara, dan pengambilan foto. Si Staff kantor ini sempat memberi wejangan untuk proses wawancara agar lancar.
Siang itu, kantor imigrasi penuh sesak. Sebagian besar adalah wanita berseragam hitam putih. Yang muncul dibenakku saat itu adalah antrian akan memakan waktu berjam-jam. Maka demi passport, ku putuskan bersabar. Aku duduk manis di kursi yang tersisa.
satu menit...
dua menit...
lima menit...
sepuluh menit...
tiba tiba seseorang memanggil namaku "Eza Faizah"
aku gelagapan... segera mencari orang yang memanggil namaku.
kemudian langsung menuju ruang pengambilan photo... (saking penuhnya, sampai tidak sempat bergaya, atau setidaknya membenahi kerudung yang berantakan)
kemudian ambil sidik jari...
dan pindah ke ruangan lain dimana seorang ibu muda sudah menunggu. Ia memainkan komputer di hadapannya, sedangkan aku bersiap untuk wawancara dan mengingat petuah Si staff kantorku.
"Rencananya mau kemana, mbak?" tanya si Ibu Muda.
"Ke Thailand bu" Jawabku
30 detik kemudian
"ya.. sudah"
"Sudah?"tanyaku tak percaya.
"Ya... sudah.. tinggal tunggu passportnya"
Terakhir si Ibu muda ini memintaku menandatangani beberapa berkas.
dan yup...
tidak sampai dua puluh menit, urusanku di kator imigrasi selesai...sementara banyak orang yang datang lebih dulu masih duduk gelisah di kursinya, karena menunggu lama.
"So fast" pikirku.
Entah bagimana bisa secepat itu prosesnya. Entah bagaimana pihak kantorku membuatnya begitu cepat. aku tidak tahu. yang jelas, urusan ku membuat passport selesai sudah. tanpa biaya dari kantong sendiri, tanpa bertele-tele, praktis dan super efisien.
Dua hari kemudian passport sudah ditanganku... hmmm PASSPORT
Banyak orang cerita tentang rumitnya birokrasi di Indonesia. Bertele-tele, tidak praktis apa lagi efektif. Walaupun rencana keliling dunia masih jauh dari kenyataan, tetapi cerita tentang birokrasi itu cukup buat aku senewen.
Dan rupanya Allah tahu betul sebeapa besar obsesiku keliling dunia, maka hal sepele semacam membuat passport dipermudah oleh-Nya.
Di pertengahan bulan Mei 209 ini, tanpa diduga, bos-ku bilang kalau aku akan berangkat training ke Thailand sekitar bulan Juni. Aku tidak pikir panjang, spontan aku menyatakan kesiapanku, dan saat itu juga yang terbayang adalah passport, karena urusan passport ini cukup pelik di benakku.
Sebagai "Tugas Negara", maka selayaknya urusan passport ini juga di "Urus Negara". Belum genap satu minggu aku membaca cerita tentang rumitnya membuat passport di Indonesia. Esoknya perintah untuk membuat passport langsung turun dari si Boss.
"Za, besok bawa akte kelahiran, KTP, Ijazah, dan kartu keluarga untuk membuat Passport"
Maka segala macam dokumen yang diminta, ku serahkan ke pihak yang berwenang. Seminggu kemudian, aku diajak oleh staff kantor ke Kantor imigrasi jakarta Timur, untuk proses wawancara, dan pengambilan foto. Si Staff kantor ini sempat memberi wejangan untuk proses wawancara agar lancar.
Siang itu, kantor imigrasi penuh sesak. Sebagian besar adalah wanita berseragam hitam putih. Yang muncul dibenakku saat itu adalah antrian akan memakan waktu berjam-jam. Maka demi passport, ku putuskan bersabar. Aku duduk manis di kursi yang tersisa.
satu menit...
dua menit...
lima menit...
sepuluh menit...
tiba tiba seseorang memanggil namaku "Eza Faizah"
aku gelagapan... segera mencari orang yang memanggil namaku.
kemudian langsung menuju ruang pengambilan photo... (saking penuhnya, sampai tidak sempat bergaya, atau setidaknya membenahi kerudung yang berantakan)
kemudian ambil sidik jari...
dan pindah ke ruangan lain dimana seorang ibu muda sudah menunggu. Ia memainkan komputer di hadapannya, sedangkan aku bersiap untuk wawancara dan mengingat petuah Si staff kantorku.
"Rencananya mau kemana, mbak?" tanya si Ibu Muda.
"Ke Thailand bu" Jawabku
30 detik kemudian
"ya.. sudah"
"Sudah?"tanyaku tak percaya.
"Ya... sudah.. tinggal tunggu passportnya"
Terakhir si Ibu muda ini memintaku menandatangani beberapa berkas.
dan yup...
tidak sampai dua puluh menit, urusanku di kator imigrasi selesai...sementara banyak orang yang datang lebih dulu masih duduk gelisah di kursinya, karena menunggu lama.
"So fast" pikirku.
Entah bagimana bisa secepat itu prosesnya. Entah bagaimana pihak kantorku membuatnya begitu cepat. aku tidak tahu. yang jelas, urusan ku membuat passport selesai sudah. tanpa biaya dari kantong sendiri, tanpa bertele-tele, praktis dan super efisien.
Dua hari kemudian passport sudah ditanganku... hmmm PASSPORT
Posting Komentar