Sang Pemimpi
Aku baru pulang, setelah menonton film Sang Pemimpi, di pusat perbelanjaan di margonda, Depok. Mumpung masih segar di ingatan, review film sang pemimpi, karena kesannya masih hangat.
Aku, sejujurnya jarang sekali menonton film Indonesia, Bukan tak cinta bangsa atau produk buatan lokal. Tapi, dari kacamataku sebagai orang awam, terlebih lagi dengan uang pas-pasan maka acara nonton film diharuskan yang tidak buat aku menyesal merogoh kocek demi sebuah film. Singkatnya, nonton film, pastikan filmnya bagus.
Dari sedikit film indonesia yang ada, beberapa film berstatus "wajib tonton". dan film beruntung itu adalah Sang Pemimpi, yang diangkat dari novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata.
Film di awali dengan ikal dewasa, kemudian flash Back ke masa remaja, dan sedikit kembali ke masa kecil, untuk kemudian kembali ke masa remaja dan dewasa. Walaupun demikian dibanding Laskar Pelangi, film sang Pemimpi lebih mudah di cerna oleh mereka yang belum baca novelnya. Seperti Laskar Pelangi, sang Pemimpi mengobral alam Belitong yang cantik. panorama belitong benar-benar luar biasa, pantas saja pariwisata belitong meningkat tajam, pasca ada film Laskar Pelangi. aku suka pada deatil di film Sang Pemimpi, sampe kaleng bekas palmboom, yang dipakai laksmi untuk membuat cincau, benar-benar merk palmboom.
Ketika tahu Sang Pemimpi akan di filmkan, aku langsung terbayang beberapa adegan yang menurutku harus ada, yaitu ketika Arai, Ikal dan Jimbron di Hukum Pak Mustar gara-gara menonton film dewasa dengan cara memainkan kembali drama dalam film dewasa yang mereka lihat di bioskop. Kenapa menurutku adegan ini harus ada? karena ketika membaca bukunya, aku tertawa sampai sakit perut ketika membaca kisah hukuman yang kejam ini. Namun sayang adegan ini tidak ada di Film. sedikit kecewa, sedikit.
Satu adegan lainnya adalah saat ikal menyebutkan potongan lagu milik Rhoma Irama, "Masa Muda, masa yang berapi-api", di kelas Pak Balia. Walaupun ada di film tapi rasanya adegannya kurang greget. aku tidak menangkap ekspresi kelabakan ikal, karena memang ia tidak menyiapkan kata-kata mutiara.
Beberapa pemain aku acungkan jempol, terutama untuk pemeran Bang Zaitun. Peran Bang Zaitun dibawakan denagn sangat pas, noraknya dapat, kampungannya dapat, dan genitnya pun ok. menrutku, pemeran Bang Zaitun pantas diganjar Piala Citra tahun 2010 untuk kategori Pemeran pendukung Pria Terbaik.
Yang menarik lainya, justru datang dari Laksmi, pemerannya menurutku berhasil mengekspresikan kesedihan akibat trauma yang dialami Laksmi.
satu-satunya hal yang payah adahal make up Ibu Ikal yang diperankn Ryeke Dyah Pitaloka, ketika mendapat surat pemberitahuan ikal mendapat beasiswa dari Eropa. Make up yang digunakan membuat usia ibu Ikal terlihat sangat tua, singkatnya make upnya terlalu berlebihan.
Kesimpulannya, walaupun ada kekurangan, untuk film Indoensia ini sebuah kemajuan, tetapi kalau boleh jujur, semnagat berjuang Arai dan ikal dalam menggapai mimpi mereka memang lebih kena jika baca di buku, daripada di film.
Aku, sejujurnya jarang sekali menonton film Indonesia, Bukan tak cinta bangsa atau produk buatan lokal. Tapi, dari kacamataku sebagai orang awam, terlebih lagi dengan uang pas-pasan maka acara nonton film diharuskan yang tidak buat aku menyesal merogoh kocek demi sebuah film. Singkatnya, nonton film, pastikan filmnya bagus.
Dari sedikit film indonesia yang ada, beberapa film berstatus "wajib tonton". dan film beruntung itu adalah Sang Pemimpi, yang diangkat dari novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata.
Film di awali dengan ikal dewasa, kemudian flash Back ke masa remaja, dan sedikit kembali ke masa kecil, untuk kemudian kembali ke masa remaja dan dewasa. Walaupun demikian dibanding Laskar Pelangi, film sang Pemimpi lebih mudah di cerna oleh mereka yang belum baca novelnya. Seperti Laskar Pelangi, sang Pemimpi mengobral alam Belitong yang cantik. panorama belitong benar-benar luar biasa, pantas saja pariwisata belitong meningkat tajam, pasca ada film Laskar Pelangi. aku suka pada deatil di film Sang Pemimpi, sampe kaleng bekas palmboom, yang dipakai laksmi untuk membuat cincau, benar-benar merk palmboom.
Ketika tahu Sang Pemimpi akan di filmkan, aku langsung terbayang beberapa adegan yang menurutku harus ada, yaitu ketika Arai, Ikal dan Jimbron di Hukum Pak Mustar gara-gara menonton film dewasa dengan cara memainkan kembali drama dalam film dewasa yang mereka lihat di bioskop. Kenapa menurutku adegan ini harus ada? karena ketika membaca bukunya, aku tertawa sampai sakit perut ketika membaca kisah hukuman yang kejam ini. Namun sayang adegan ini tidak ada di Film. sedikit kecewa, sedikit.
Satu adegan lainnya adalah saat ikal menyebutkan potongan lagu milik Rhoma Irama, "Masa Muda, masa yang berapi-api", di kelas Pak Balia. Walaupun ada di film tapi rasanya adegannya kurang greget. aku tidak menangkap ekspresi kelabakan ikal, karena memang ia tidak menyiapkan kata-kata mutiara.
Beberapa pemain aku acungkan jempol, terutama untuk pemeran Bang Zaitun. Peran Bang Zaitun dibawakan denagn sangat pas, noraknya dapat, kampungannya dapat, dan genitnya pun ok. menrutku, pemeran Bang Zaitun pantas diganjar Piala Citra tahun 2010 untuk kategori Pemeran pendukung Pria Terbaik.
Yang menarik lainya, justru datang dari Laksmi, pemerannya menurutku berhasil mengekspresikan kesedihan akibat trauma yang dialami Laksmi.
satu-satunya hal yang payah adahal make up Ibu Ikal yang diperankn Ryeke Dyah Pitaloka, ketika mendapat surat pemberitahuan ikal mendapat beasiswa dari Eropa. Make up yang digunakan membuat usia ibu Ikal terlihat sangat tua, singkatnya make upnya terlalu berlebihan.
Kesimpulannya, walaupun ada kekurangan, untuk film Indoensia ini sebuah kemajuan, tetapi kalau boleh jujur, semnagat berjuang Arai dan ikal dalam menggapai mimpi mereka memang lebih kena jika baca di buku, daripada di film.
Posting Komentar