Blogger news

You are reading eza's blog

CERITA DI KERETA


sekitar tahun 2004 silam, aku pernah bekerja di kawasan Pluit. Dari depok angkutan paling cepat adalah kereta. Hingga sat itu berdesakan di kereta mnejadi rutinitas sehari-hari. Kalau ada yang pernah merasakan berdesak-desakan di kereta pastilah mengerti bagaimana rasanya. Bukan hanya cerita tentang tumpukan manusia di gerbongnya, tetapi cerita konyol lainnya seputar petualangan di dalam kereta.

Mau naik Kereta, belilah karcis..!!

Suatu pagi, angkot yang aku naiki berjalan bagai siput, lambat... lambat sekali. satu persatu gang di kawasan depok II di intip oleh si sopir angkot, padahal jarak dari satu gang ke gang lain di kawasan ini tidak lebih dari 10 meter. Jadilah waktu tempuh rumah ke stasiun depok bertambah 20 menit dari biasanya.
Aku bergegas, dari kejauhan aku dengar suara yang biasanya menandai kereta akan datang. Aku berlarian, pontang-panting mengejarnya. Dan si kereta pun muncul dihadapanku, padahal saat itu aku masih di luar peron, dan belum membeli karcis. Meski demikian aku berkeyakinan kalau aku tidak boleh ketinggalan kereta ini. Maka dengan semangat ku terobos para penjaga stasiun, tidak ada yang aku pikirkan selain kereta. Bahkan tidak peduli pada karcis yang tidak aku beli.
Tidak seperti biasanya yang padat, aku beruntung kereta ini sangat lengang untuk ukuran kereta ekonomi jurusan jakarta Kota pada pukul 06.00. Biasanya masuk gerbong saja sudah sulit setengah mati. Lebih menggembirakan lagi, ketika di stasiun kalibata aku sudah dapat tempat duduk, what a lucky day!!! hatiku berbunga.
Tetapi bunga di hatiku layu seketika setelah melewati stasiun manggarai
kereta tak kunjung naik ke lintasan layang. Seharusnya setelah stasiun manggarai, kereta akan masuk stasiun cikini yang merupakan stasiun layang. ohh ala... apa yang terjadi, kereta apa yang aku naiki.
Setelah momohon penjelasan dari beberapa orang dalam kereta, barulah aku sadar ternyata, yang aku naiki adalah kereta Jurusan tanah abang, padahal aku mau ke kota.
Sungguh sial hari ini, aku terpaksa turun di stasiun berikutnya, dan melanjutkan perjalanan dengan busway.
Aku pikir semua karena hari ini aku curang. ingin menikmati fasilitas tapi ogah membayar, atau menciptakan pembenaran untuk mangkir dari kewajiban. hmm... jadi pelajaran bahwa hukum ada uang ada barang berlaku juga unutk urusan kereta.

Untung sepatu yang hilang, bukan kakimu..!!
Butuh perjuangan ekstra untuk dapat masuk kereta ekonomi Jurusan Jakarta dari stasiun depok baru pada jam kerja. Kalau ada yang menyebut aku lebay, silahkan coba sendiri. Hari itu, setelah aku menerobos pintu kereta yang terbuat dari tubuh manusia, aku merasa kehilangan sesuatu. setelah ku amati ternyata sebelah sepatuku hilang, terlepas dari kkiku sendiri.
" permisi pak, sepatu saya hilang sebelah". kataku
Bapak-bapak yang mendengar keluhan ku tertawa dan hanya mengatakan
"Waduh neng, untung hanya sepatu, coba kalau kaki yang hilang"
Huh... menyesali kebodohanku. Unutk berdiri saja sulit, apalagi mencari sepatu. Akhirnya pasrah saja. Jadilah sebelah kakiku hanya dibungkus kaos kai hitam. Pikiranku menerawang menyusun rencana untuk membeli sandal jepit di kota nanti.
memasuki stasiun cikini, kereta mulai lengang. dan samar-samar ku lihat benda hitam yang aku kenali sebagai sepatuku terkulai di dekat pintu kereta. Bergegas aku meraihnya, ku coba tepis rasa malu karena beberapa orang (banyak orang tepatnya) menyadari kalau aku memakai sebelah sepatu sejak tadi. Aku hibur diri sendiri dengan sugesti setidaknya aku tidak perlu keluar uang untuk beli sandal jepit. Sejak itu aku putuskan untuk menebalkan muka hingga aku lenyap dari stasiun Kota.

Cari Saja Perbatasan Gerbong 4 & 5, Maka Kamu Aman

kenapa harus di perbatasan gerbong 4 dan 5?. karena di perbatasan itu tidak ada pintu penghubung yang menghubungkan gerbong 4 dan 5, sehingga beberapa orang duduk beralaskan koran, atau ada ibu-ibu yang sengaaj membwa kusi lipat kecil. Untuk lebih nyaman, mereka menutup pintu samping kereta dan mengganjalnya dengan batu. sehingga orang tidak bisa masuk dari pintu tersebut. Jadilah orang-orang yang disana aman, atau sedikit lebih nyaman dari pada yang berdesak-desakan sambil berdiri.
Aku mengetahui komunitas ini tanpa sengaja. Dari seorang ibu yang duduk di kursi lipat aku dapatkan cerita ini. Rupanya mereka yang ada di situ adalah orang-orang yang setiap hari naik kereta, selama bertahun-tahun. Pengalaman juga yang mengajarkan untuk survive di kejamnya kereta jabotabek, sehingga setiap hari mereka bertemu di perbatasan gerbong 4 dan 5, menciptakan tempat yang sedikit lebih nyaman (walau juga terkesan egois). Dan karena kenal bertahun-tahun, maka komunitas ini mirip suasana rapat. Ada perbincangan, ada cemilan yang kadang di bawa seseorang, bahkan kadang ada konser live dangdut.
Sejak saat itu, jika pulang kantor, aku selalu usahakan bertemu mereka di sana, di gerbong 4 yang berbatasan dengan gerbong 5.
Tak sampai 6 bulan dan itu sudah 6 tahun yang lalu, aku sudah tidak lagi bekerja di Pluit, kadang aku bertanya, apa mereka masih disana?

Pencuri di kereta, Terkutuklah kalian...!!

Kalau yang ini cerita di tahun 1999. Aku hendak ke rumah sakit dengan ayahku untuk berobat. sampai di Tanjung Barat, sadarlah ayahku kalau dompetnya telah raib dari kantongnya. Padahal itu uang untuk berobat. Hendak pulang pun ongkos sudah tidak ada. Lalu ayah putuskan untuk meminjam pada warga sekitar stasiun, agar aku tetap bisa ke dokter. Sudah susah payah ayah meyakinkan sorang warga yang tampak berada untuk meminjamkannya uang dengan jaminan KTP, dan menjelaskan kalau hari ini anaknya harus cek up di rumah sakit, tetap tidak membuat orang itu percaya. Tetapi ia sedikit menolong. Ia berikan sejumlah uang pada ayahku dan berkata
"Bapak pulang saja dulu, ini saya kasih ongkos, ke rumah sakitnya besok saja"
Ayah menatap uang itu, masih lebih baik dari pada tidak bisa pulang sama sekali. Maka hari itu pencuri menggagalkan cek up ku ke dokter. Aku bertanya-tanya, tidka bisakah melihat-lihat orang yang hendak di curi, apa ia tidak lihat wajah ayahku ayng khawatir pada penyakit anaknya. Sepanjang pulang aku yang tengah sakit mengeluarkan sumpah serapah untuk pencuri terkutuk itu.




Posting Lebih Baru Posting Lama